Lihatlah Mata yang Memandang

Edisi: 09/32 / Tanggal : 2003-05-04 / Halaman : 60 / Rubrik : FT / Penulis : W.S., Endah, ,


SECARIK stiker tarif menempel pada kaca jendela sebuah taksi. Ya, sang fotografer memilih stiker ketimbang argometer, rambut sopir taksi yang lebat dengan uban, atau panorama yang melintas di luar jendela.

Entah apa alasan pemilihan obyek itu. Tapi Yudhi Soerjoatmodjo, fotografer itu, melakukannya, membidikkan kameranya ke arah stiker. Para pengunjung boleh jadi merasa ditinggalkan di dalam gelap. Apalagi foto stiker seukuran kartu pos itu muncul tanpa keterangan. Dalam pameran bertajuk Façade (artinya permukaan terluar) di Goethehaus, Jakarta, dan berlangsung hingga awal Mei itu, memang tak ada foto yang lebih besar dari kartu pos, tak ada bingkai, dan tak ada foto yang disertai keterangan—baik judul maupun caption.

Memang ada sesuatu yang "tidak beres" ketika Yudhi memilih stiker, dan sejumlah pengunjung mencari jawab yang tak kunjung muncul. Fotografer Poniman Sitanggang mengeluh kecewa: semua juga bisa (menghasilkan karya seperti itu), katanya. Fotografer Arbain Rambey juga kecewa, tapi tetap menilainya "memberi ruang berpikir baru". Sedangkan kurator seni Rifky Effendy beranggapan, Yudhi telah bergerak antara ruang seni rupa dan fotografi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Tillema, Multatuli Fotografi
1994-05-14

Koleksi foto h.f. tillema berharga karena ia memotret segi-segi "buruk" di tanah hindia belanda. tapi…

M
Menggoda Kejujuran Fotografi
1994-02-05

Pameran teknologi merekayasa karya foto, di new york, membuka peluang manipulasi foto hampir tanpa batas.…

K
Kesaksian Sebastiao Salgado
1994-03-19

Fotografer yang doktor ekonomi ini mengabadikan wajah-wajah yang menyumbang pada keuntungan perusahaan, dan mereka hanya…