Teddy Rachmat: "sekarang Enggak Perlu Nyetor Kiri-kanan"
Edisi: 37/31 / Tanggal : 2002-11-17 / Halaman : 83 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : Dewanto, Nugroho
BAGI dunia bisnis, Theodore Permadi Rachmat bukanlah nama sembarangan. Teddy, begitu ia akrab disapa, pernah menjadi pemimpin puncak Grup Astra. Selama bertahun-tahun Teddy dikenal sebagai tangan kanan William Soeryadjaya, pendiri Astra yang masih terhitung pamannya.
Di luar Astra, ia pernah pula menempati posisi terhormat sebagai anggota Dewan Ekonomi Nasional semasa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
Setelah meninggalkan kursi empuk Presiden Direktur Astra, Teddy kini lebih disibukkan dengan kegiatan sosial. Dari kantor pribadinya di Menara Kadin, Jakarta, ia mengatur usaha pembiayaan kredit mikro untuk membantu pedagang kecil. Bersama putranya, ia juga mendirikan yayasan yang membantu memberikan beasiswa untuk para mahasiswa.
Semua langkahnya itu dilandasi tekad untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan, yang masih disandang jutaan rakyat Indonesia. Teddy ingin mendorong agar mereka tidak menyerah. Alasan lain, ia yakin orang yang pandai tak akan menderita kelaparan. Dan kemakmuran yang lebih merata akan mampu meredam konflik yang kerap muncul, terutama antara pribumi dan golongan keturunan Tionghoa seperti dirinya.
Teddy telah mengecap pedihnya pertikaian antargolongan itu sejak dini. Di usia empat tahun, bersama orang tuanya ia harus mengungsi dengan menggunakan truk Belanda dari kampungnya karena golongan keturunan Cina dituding menjadi kolaborator Belanda.
Kemudian, sewaktu terjadi kerusuhan anti-Cina pada 10 Mei 1963 di Bandung, sebagai mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) ia ikut jadi sasaran bentakan sesama rekan di kampus. Peristiwa Malari 1974 juga menjadi guratan getir dalam sejarah hidupnya. Kala itu, Astraâperusahaan tempatnya bekerja yang merakit mobil-mobil Jepangâmenjadi sasaran aksi unjuk rasa anti-Jepang.
Namun, dari semua peristiwa yang pernah dialaminya, ia mengaku sangat ngeri ketika terjadi kerusuhan Mei 1998. "Saya tak habis pikir mengapa rakyat yang santun berubah menjadi buas," katanya dengan nada sedih. Akibat peristiwa itu, banyak temannya kabur…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…