I Made Mangku Pastika: "amrozi Mengaku Sebagai Pelaku Peledakan Bom Bali"

Edisi: 37/31 / Tanggal : 2002-11-17 / Halaman : 105 / Rubrik : WAW / Penulis : Budiyarso, Edy


DENPASAR, Jakarta, Jayapura, Manila. Dalam tiga hari, I Made Mangku Pastika harus terbang ke empat kota ini dengan jadwal yang penuh padat—mulai dari memberikan briefing kepada tim investigasi, menemui sejumlah sumber dalam kasus bom Bali, melakukan serah-terima jabatan, hingga menghadiri konferensi internasional soal terorisme. Jadwal hidup inspektur jenderal polisi ini memang jauh lebih ketat setelah dia diangkat menjadi ketua tim investigasi bom Bali—menyusul peledakan bom di Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002, yang melayangkan lebih dari 185 nyawa.

Tak bisa dimungkiri bahwa popularitasnya pun ikut melambung ke level internasional. Penyelidikan yang dipimpinnya menjadi sorotan dunia dalam beberapa pekan terakhir: Posisi ini membuat Mangku Pastika bukan saja berhubungan dengan polisi Indonesia, tapi juga polisi dan tim penyelidik khusus dari sejumlah negara asing—Australia, Amerika Serikat, Inggris, antara lain. "Mereka semua di bawah kendali saya dan mereka tidak punya kewenangan untuk menggeledah atau menangkap," ujarnya tentang para penyelidik asing yang ada di Bali.

Setiap hari, sejak Kepala Kepolisian RI Jenderal Da'i Bachtiar memintanya memimpin tim investigasi tersebut, Mangku Pastika memulai jadwal kerjanya pada pukul 9 pagi di Wisma Kepolisian Daerah Denpasar. Di sana dia mengumpulkan anak buahnya untuk rapat perencanaan sebelum terjun ke lapangan. Evaluasi dilakukan pada pukul 9 malam—yang sering berlangsung hingga tengah malam—untuk membicarakan temuan-temuan pada hari itu. Untuk mempermudah koordinasi, Pastika memilih untuk tidur di wisma tersebut—15 kilometer dari Kuta—ketimbang tidur di rumahnya di Denpasar atau di hotel.

Pastika pun sering muncul di lapangan dalam baju sipil. Di setiap tempat yang didatanginya, Pastika meluncurkan perintah ke anak buahnya, menjawab pertanyaan wartawan, berdiskusi dengan penyelidik asing. Menempatkan Pastika sebagai ketua tim tampaknya keputusan yang tepat. Sebagai orang asli Bali, dia diterima oleh masyarakat di sana. Bahkan beberapa tokoh masyarakat di Bali secara terbuka menyatakan dukungannya.

Latar belakangnya sebagai reserse membuat Pastika mengaku: "… selalu bergerak berdasarkan data lapangan dari tempat kejadian perkara. Hal-hal di luar itu adalah penunjang," ujarnya kepada TEMPO. Dia mengakui, ada beragam analisis berkaitan dengan bom Bali, tapi semua itu harus dibuktikan benar, sebelum menuduh.

Sebelum bom Bali, Pastika sudah pernah menangani sejumlah investigasi yang pelik. Antara lain, kasus pembunuhan Theys Hiyo Eluay, Ketua Presidium Dewan Papua, dan penembakan warga negara asing di Timika, Papua.

Pekan lalu, dua jam sebelum terbang ke Manila, dia menerima wartawan TEMPO Edy Budiyarso di Ciracas, Jakarta Timur, untuk sebuah wawancara khusus.

Berikut ini petikannya.

Bagaimana polisi sampai bisa menangkap Amrozi, pemilik mobil L-300 yang diledakkan di depan Paddy's Café?

Semua berasal…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…