Matori Abdul Djalil: "saya Bukan Brutus"
Edisi: 23/30 / Tanggal : 2001-08-12 / Halaman : 43 / Rubrik : WAW / Penulis : Manggut,Wenseslaus
SANGAT sulit menyebutkan jabatan Matori Abdul Djalil yang "benar" sekarang ini. Oleh Abdurrahman Wahid dan para pendukungnya, Matori tak lagi dipandang sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Matori telah dipecat. Pemecatan itu dikukuhkan dalam sidang Dewan Syuro PKB di kantor Dewan Pimpinan Pusat PKB, Kuningan, Jakarta Selatan pada Sabtu pekan lalu. Tapi Matori sendiri masih menganggap diri ketua umum partai tersebut. Matori yakin, keputusan Gus Dur memecatnya adalah akibat ulah orang-orang PKB yang tidak menyukainya.
Sebagai tindakan balasan, pekan lalu Matori mengumumkan pemecatan beberapa penentangnya di PKB, yaitu Alwi Shihab, Khofifah Indar Parawansa, Effendi Choiri, dan Muhaimin Iskandar. Matori menilai mereka telah menjerumuskan Gus Dur sehingga mengumumkan dekrit presiden yang berakibat fatal. "Saya sangat sedih, marah, dan jengkel, sebab orang yang saya cintai itu jatuh ke sarang penyamun."
Bagi Matori, ini adalah saatnya melawan. Laki-laki kelahiran Salatiga, Jawa Tengah, 57 tahun silam itu merasa sudah terlalu lama diam. Sejak DPR mengeluarkan Memorandum I (pada Maret 2000), Matori sedikit demi sedikit tersingkir dari partai yang dia pimpin. Hubungannya dengan Gus Dur pun berangsur runcing dan mencapai puncaknya ketika Matori tetap hadir mengikuti sidang istimewa, sementara anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) menganggap sidang itu tidak sah.
"Tapi saya bukan pengkhianat, saya bukan Brutus," kata ayah delapan anak ini. "Keikutsertaan saya dalam setiap proses konstitusional di parlemen ini semata-mata merupakan usaha untuk menyelamatkan muka Gus Dur," katanya. Matori yakin bahwa kompromi masih bisa dicapai. "Saya mencintai Gus Dur Wahid, saya tidak ingin dia jatuh dengan cara sadistis."
Dia juga yakin, pemecatan dirinya tak akan membuat dia kehilangan dukungan. PKB wilayah Jakarta dan Sulawesi Selatan memang sudah menyatakan dukungan terbuka terhadapnya.
Sangat ironis pula bahwa Matoriâketua yang sudah dipecat iniâtampaknya akan merupakan satu-satunya jalan bagi politisi PKB untuk masuk kembali ke parlemen tanpa kehilangan muka, setelah mereka menganggap parlemen bubar bersama dekrit yang mereka dukung.
Dan satu lagi, Matori, yang menjadi "teman" pemerintahan Megawati Sukarnoputri dan Hamzah Haz, tetap hadir dalam pertemuan-pertemuan pimpinan partai untuk membahas komposisi kabinet.
Berikut adalah petikan wawancara Wenseslaus Manggut dari TEMPO dengan Matori, di ruang kerjanya, di Gedung Nusantara…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…