Berlian itu Perang Abadi

Edisi: 17/32 / Tanggal : 2003-06-29 / Halaman : 134 / Rubrik : LN / Penulis : Bektiati, Bina , ,

SEJAK 56 tahun lalu De Beers mempatenkan istilah "berlian itu abadi". Jika orang lalu percaya bahwa berlian bukan saja membawa cinta abadi tapi juga tak pernah kehilangan nilai, memang begitulah kenyataannya. Simak statistik ini: nilai berlian naik hingga 50 persen pada 1986-1996 dan tetap bertahan tinggi meskipun pasokannya di pasar dunia makin banyak; nilai perdagangannya di seluruh dunia mencapai US$ 30 miliar tiap tahunnya. Tak dapat disangkal, berlian merupakan simbol dunia kaum kaya dan berkelas.

Namun siapa sangka De Beers, perusahaan yang berkantor pusat di Johannesburg, Afrika Selatan, yang oleh The Economist disebut sebagai kartel berlian, pernah punya kantor perwakilan yang je- lek dan kotor di Luanda, Angola. Padahal negara di Afrika itu adalah salah satu penghasil berlian terbesar di dunia.

Pada akhir 1990-an itu De Beers punya kantor tak berpapan nama, terletak di jalanan kota yang kumuh, penuh tumpukan keranjang bekas tempat buah-buahan dan mobil reot. Untuk sampai ke kantor perusahaan kelas dunia itu orang harus menaiki tangga yang gelap dan bau amonia hingga ke lantai tujuh. Tapi ruangan perwakilan De Beers ternyata punya alat pengamanan canggih seperti kaca antipeluru—yang membatasi penjaga kantor dan pengunjung—serta kamera perekam di setiap sudut ruangan.

Mengapa kerajaan berlian milik Harry Frederick Oppenheimer itu seperti melakukan bisnis sembunyi-sembunyi dan terkesan misterius? Jawabnya: De Beers membeli berlian mentah langsung dari Uni Nasional untuk Kemerdekaan Total Angola (UNITA), kelompok pemberontak di sana. Perwakilan…

Keywords: -

---

Foto Terkait