Prijadi Praptosuhardjo: "Saya Mau Menghirup Udara Segar Dulu"

Edisi: 16/30 / Tanggal : 2001-06-24 / Halaman : 47 / Rubrik : WAW / Penulis : Wiyana, Dwi


PRIJADI Praptosuhardjo tampak ceria dengan kemeja biru bergaris putih dan seulas senyum, ketika menyambut TEMPO di rumahnya, Kamis pekan silam. Dua hari setelah pencopotannya sebagai Menteri Keuangan, pria 61 tahun kelahiran Klaten, Jawa Tengah, itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat sedih pasca-"drama" penggantiannya itu. Ini sangat kontras dibandingkan dengan saat pengumuman pemberhentian Prijadi dilakukan. Ketika itu bekas Direktur Kredit Korporasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini sedang bersidang dengan Panitia Anggaran DPR. Kontan, pembahasan tentang revisi APBN yang hampir tuntas itu harus terhenti begitu saja. "Konsentrasi saya sudah tidak di sini lagi," tuturnya kepada peserta sidang, dengan wajah yang jauh dari cerah.

Prijadi memang tidak mengira akan dicopot pada hari itu. Sebab, saat Presiden memberi tahu rencana pemberhentiannya, sehari sebelumnya, anak sulung dari tujuh bersaudara itu sudah minta izin untuk menyelesaikan pekerjaan yang sedang dilakukannya: menuntaskan pembahasan tentang revisi APBN.

Namun, justru sikap Prijadi dalam revisi APBN itu yang mungkin membuatnya diganti. Kebijakannya untuk mempertahankan opsi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), misalnya-menurut istilah seorang sumber TEMPO-dinilai "baik secara ekonomi tapi menjadi bunuh diri politik". Kuat dugaan, kenaikan itu akan disambut dengan demonstrasi besar-besaran di berbagai daerah.

Lebih jauh, Prijadi saat itu juga cenderung berbeda pendapat dengan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli (sekarang menjadi Menteri Keuangan) dan tim ekonomi lainnya di dalam kabinet Presiden Abdurrahman. Selain itu, masih menurut sumber tersebut, Prijadi selalu berkukuh mempertahankan pendapatnya dan terkesan meminta "perlindungan" ke Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri. "Dia suka nyelonong sendiri ke tempat Wapres," kata sumber TEMPO.

Kontroversi memang sering menemani Prijadi. Ketika ayah tiga anak ini diangkat sebagai Menteri Keuangan, Agustus 2000, nilai rupiah langsung melemah. Hal itu disebut-sebut oleh beberapa pengamat ekonomi disebabkan oleh berita dipilihnya Prijadi, yang sebelumnya dinyatakan tidak lulus tes kelayakan (fit and proper test) sebagai se- orang bankir oleh Bank Indonesia. Kesannya, Prijadi tidak bersih. Tapi Kepala Negara membelanya. "Saya mengamati Prijadi sudah lama, selama 16 tahun," kata Presiden Abdurrahman ketika itu.

Barangkali itu sebabnya, selama menjadi menteri, Prijadi cenderung menjauh dari polemik kendati ia tak sungkan mempertahankan sikapnya. Misalnya ketika Presiden memutuskan untuk membeli sebuah pesawat kepresidenan, Prijadi menolak karena memang tidak ada anggaran. Tapi, sekaligus dia menghindar dari perdebatan lebih jauh yang bersifat politis. Sikap hati-hatinya itu, menurut Prijadi, sudah mengakar karena dia memang seorang bankir yang tahu benar cara mengolah uang. "Dulu, sebelum krisis ekonomi, mungkin tidak masalah untuk menghamburkan uang, tapi sekarang?"…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…