Lagu Orang-Orang Terusir

Edisi: 15/30 / Tanggal : 2001-06-17 / Halaman : 69 / Rubrik : AK / Penulis : Handayani, Ines , Basyaib, Hamid ,


BEGITU banyak peristiwa yang dialami Indonesia hari-hari ini yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah Republik. Salah satunya, merebaknya pengungsian penduduk. Dalam dua tahun terakhir, konflik dan kerusuhan melahirkan berduyun pengungsi, terserak di kamp-kamp pengungsi di 19 provinsi, dari Aceh sampai Papua Barat.

Mereka menempati ratusan titik penampungan berupa gedung pemerintah, sekolah, rumah ibadah, bedeng, barak, tenda darurat, dan ribuan rumah warga setempat. Tiap-tiap penampungan dengan masalah, kondisi keamanan, jaminan pangan, dan dukungan sumber daya yang berbeda-beda.

Pengungsian akibat bencana alam lebih "mudah" diatasi. Begitu banjir, gempa, dan badai mereda, rumah bisa lekas dibangun, sekolah dan fasilitas lain bisa cepat diperbaiki, penduduk dan pemerintah bergotong royong. Kehidupan terselenggara lagi, meski kesedihan, luka, dan kehilangan belum tentu pulih dalam hitungan bulan.

Pengungsi konflik menuliskan cerita yang sangat berbeda. Setelah rumah dan harta benda mereka habis dibakar dan dijarah, mereka belum tentu diterima kembali oleh penduduk setempat. Mereka diancam oleh kelompok bersenjata. Mereka takut terkena peluru nyasar, granat, bom molotov.... Begitu kompleks problem sosial mereka, mustahil bisa diselesaikan sendiri tanpa keterlibatan fasilitator. Alhasil, dalam hal pengungsi konflik, biaya sosial tinggi, waktu pemulihan lama.

Dengan segala kompleksitas itu, sering terdengar pula suara sumbang para pejabat setempat: "Seharusnya pengungsi itu cepat pulang, pemda tidak bisa terus-terusan membantu." Atau: "Dana yang sudah dihabiskan besar sekali. Pengungsi ini menjadi beban masyarakat dan pemda. Kalau (ini berlangsung) terlalu lama, mereka keenakan jadi pengungsi, tidak mau pulang."

Bahkan, "Ada lo, yang bukan pengungsi mengaku jadi pengungsi. Jadi, kami stop bantuannya." Ada pula pejabat yang mengaku memerintahkan aliran air ke penampungan pengungsi itu dihentikan, "Biar mereka cepat pulang. Mereka itu susah diatur, permintaannya macam-macam." Sekelompok pengungsi dari Aceh-mereka tran-smigran dari Jawa-oleh Pemda Lampung dikirim balik bukan ke Aceh, melainkan ke Jawa, ke daerah asal yang telah 20 tahun mereka tinggalkan.

Sikap dan pernyataan-pernyataan tersebut tak bisa dimaknai lain kecuali rendahnya pengertian, mandulnya kepekaan terhadap krisis dan tanggung jawab pemerintah (daerah dan pusat) terhadap pengungsi. Negara telah gagal melindungi mereka dari masalah yang menyebabkan mereka terpaksa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Antara Solar dan Solar
1994-06-18

Pilot project diterjemahkan pilot proyek, atau status simbol asal kata symbol status. penerjemahan seperti itu…

I
INDONESIA DIINTERVENSI?
2003-01-12

Kemungkinan intervensi militer terhadap indonesia bukan isapan jempol. kemelut timor timur telah membuktikannya. di luar…

K
KITA MENGUNDANG INTERVENSI ASING?
2003-01-12

Banyaknya konflik internal telah dan akan mengundang intervensi asing ke indonesia. tapi tudingan mungkin lebih…