Pengungsi, dari Bencana ke Bencana

Edisi: 15/30 / Tanggal : 2001-06-17 / Halaman : 76 / Rubrik : AK / Penulis : Laksmi , ,

DI tempat bencana alam atau petaka buatan manusia terjadi, di situ rakyat menjadi korban. Di daerah korban rakyat berjatuhan, muncul pengungsian. Di Indonesia, masalah pengungsi bukan soal baru. Jejaknya bisa dilacak dari zaman kolonial sampai masa perjuangan kemerdekaan, pascakemerdekaan, hingga kini.

* Makar Banda

Rakyat Pulau Banda memang bandel. Mereka menentang perintah Kompeni untuk menjual rempah hasil buminya hanya kepada Belanda. Sejak dulu, mereka berdagang dengan Cina, Belanda, Portugal, Spanyol, dan Inggris. Tiada alasan yang masuk akal kalau kemudian mereka hanya berdagang dengan Belanda, yang seenak perut menetapkan berapa banyak boleh ditanam dan berapa harganya.

Banda pun melakukan makar. Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen geram. Pada Januari 1621, ia berangkat dengan 12 kapal perang dan 2.000 pasukan dari Soenda Klapa.

Sampai di Kepulauan Banda, ia makin gusar karena harus berunding dengan terlalu banyak raja kecil, yang makan waktu terlalu banyak. Ia memutuskan untuk membasmi semua orang Banda.

Syahdan, kampung-kampung dibakar habis. Tak secuil pun tiang rumah masih berdiri. Semua perahu penduduk pun dibikin hangus. Hampir 10 ribu orang dibantai. Beribu-ribu orang mengungsi ke gunung-gunung. Yang tertangkap dibawa ke Batavia, dijual sebagai budak.

Pada awal abad ke-18, banyak sekali orang Cina pendatang yang miskin menetap di sekitar Batavia. Mereka bekerja di perkebunan tebu. Semakin banyak Cina pendatang, makin kecil penghasilan para petani dari Cina ini. Kian lama tanah yang ditanami makin berkurang…

Keywords: -

---

Foto Terkait