Saat Pecahan Kaca Mengapung

Edisi: 15/30 / Tanggal : 2001-06-17 / Halaman : 80 / Rubrik : AK / Penulis : Makarim, Nono Anwar , ,

SEORANG pengungsi cilik dari Phnom Penh bertanya kepada kakaknya di sebuah desa dekat Tonle Sap, Kamboja, "Chea, mengapa yang baik kalah sama yang jahat? Mengapa Khmer Merah bisa menang?"

"Kalah itu justru kesempatan untuk bersabar dan menyatu dengan Tuhan. Ingat pepatah Kamboja tentang kebaikan dan kejahatan yang dicampur dan diceburkan ke dalam sungai kehidupan. Kebaikan, seperti buah labu, akan langsung tenggelam ke dasar sungai. Kejahatan bagaikan kaca yang terpecah-pecah. Pecahan kaca akan mengapung di permukaan air. Tapi, tak lama kemudian, buah labu pasti akan timbul mengapung. Pada saat itulah serpihan kaca pecah akan mulai tenggelam. Pasti! Lihat saja nanti!"

Pada 1975, Khmer Merah berhasil mengepung Phnom Penh. Jenderal Lon Nol melarikan diri. Pecahan kaca mengambang di sungai. Tiga tahun kemudian, tentara Vietnam menerobos perbatasan timur Kamboja, masuk menyerang posisi-posisi gerilyawan Khmer dalam tiga jurus: ke utara sampai Battambang, ke barat sampai Mai Rut, terus merambat sampai Year Piar. Satu per satu pecahan kaca tenggelam ke dasar sungai yang deras. Kita tak tahu apakah yang muncul ke permukaan air adalah labu atau bangkai manusia.

* "B-Cinquante-deux!"

Tanggal 20 April 1970. Pasukan AS dan Vietnam Selatan masuk secara besar-besaran ke wilayah Kamboja. Mereka bermaksud menghabisi benteng-benteng perlindungan Vietkong di sepanjang perbatasan Vietnam dan Kamboja. Negeri yang dengan susah payah mempertahankan sikap netralnya dalam perang Amerika di Vietnam ini diseret masuk ke dalam konflik bangsa lain.

Semula, para pejabat AS menyangkal keterlibatan mereka dalam pelanggaran perbatasan Kamboja. Berkat kegigihan masyarakat Amerika untuk mengetahui sepak terjang militernya, akhirnya pemerintah AS mengakui adanya…

Keywords: -

---

Foto Terkait