Kebrutalan: Dari Kebon Nanas Sampai Senopati
Edisi: 07/24 / Tanggal : 1994-04-16 / Halaman : 22 / Rubrik : KRI / Penulis : WY
HARI-hari belakangan ini kebrutalan massa terasa menjadi sarapan pagi. Anda membuka koran, atau nongkrong di depan pesawat televisi, satu atau dua berita tentang pengeroyokan massa, perkelahian antarkelompok, dan biasanya jatuh korban. Korban itu, dari warga biasa sampai seorang jenderal.
Ada kesan kuat, orang lebih suka menyelesaikan persoalan dengan kekerasan. Dan itu bukan sekadar tinju. Kini batu, pentungan, botol, pisau, bahkan senjata api bicara. Berikut sejumlah contoh kasus.
TEWASNYA BRIGJEN TAMPU
Malam itu Brigadir Jenderal Toga Manahan Franky Tampubolon, di rumahnya, di Kompleks Dikum TNI di kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur, minta dibuatkan mi pada Mbok Darmi, pembantunya. Staf Ahli Pangab Bidang Ekonomi dan Keuangan itu di Jakarta memang hanya tinggal dengan pembantunya. Anak dan istrinya berdiam di Bandung, di kawasan elite Budi Asih.
Senin malam itu jam menunjukkan sekitar pukul 22. Sembari menunggu mi masak, Tampu, demikian teman-temannya memanggilnya, duduk santai membaca buku shio, ramalan nasib model Cina.
Tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Setelah sejenak bicara di telepon, bekas wakil asisten intel Kasum ABRI yang pernah bertugas di Bais ini pun bergegas keluar rumah. Ia melupakan mi yang dipesannya. Segera terdengar deru mobil dinasnya, Mitsubishi Lancer GLX warna hijau tentara bernomor dinas 3341-00. Begitu mobilnya meninggalkan kompleks, ia melambaikan tangan pada beberapa anak muda anggota Karang Taruna yang sedang duduk-duduk. Di kompleks ini Tampu menjadi pelindung Karang Taruna.
Tak jelas, berapa cepat lari mobil Tampu di jalan selebar lima meter yang sudah sepi itu. Yang kemudian menimbulkan perkara, sekitar 50 meter dari Cipinang Billiard, di Jalan Raya Griya Wartawan, Kebun Nanas, Jakarta Timur itu, mobil Tampu konon hampir menyerempet sekelompok pemuda yang tengah bergerombol di pinggir jalan. "Anjing, lu!" teriak salah seorang. Ada juga yang menggebrak bodi mobil. Bila benar demikian, bekas Komandan Grup Kopassus di Surakarta ini mestinya cukup lambat mengemudikan mobilnya.
Tiba-tiba mobil berjalan ke arah sebaliknya. Tampu yang mengenakan baju merah itu turun, dan langsung mencengkeram baju salah seorang pemuda. "Mau apa kamu? Saya ABRI," demikian konon bekas Danrem Santiago Sulawesi Utara ini, yang lulus Akabri seangkatan Kasad Wismoyo, menghardik. Dan segera disahut jawaban yang tak kurang garangnya: "Kalau ABRI, mau apa kamu!"
Suasana memanas. Tangan sudah mulai bicara, tapi seorang pemuda, belakangan diketahui bernama Lukman, 31 tahun, melerai mereka. Tiba-tiba salah seorang di antaranya mencabut golok, dan ditebaskan ke Tampu. Serangan ini ditangkis oleh anggota Kopassus ini dengan tangan hingga membuatnya terluka. Tapi, tebasan kedua tak terelakkan, tepat mengenai kepala. Ia terhuyung, lalu berlindung di balik kiri mobil.
Di situ, Tampu disongsong pisau terhunus. Perutnya robek. Tusukan berikutnya mendarat di pinggang, dada, punggung, dan pangkal paha. Darah pun mengalir. Dalam keadaan sempoyongan Tampu berlindung di belakang mobil. Sebuah tusukan membuat lelaki tinggi besar berusia 55 tahun itu roboh. Sebelas tusukan dan bacokan bersarang di tubuhnya.
Segera, keempat pengeroyok itu kabur. Saat itulah Ismail, bekas ketua RT setempat, mungkin mendengar ribut-ribut, muncul. "Saya tentara, saya ABRI," kata Tampu pada ismail. Dia meminta agar Ismail membawanya ke rumah sakit.
Tapi Ismail mengaku tak bisa nyetir, walau sesungguhnya ia bisa membawa mobil kendati tak punya SIM. Lima mobil yang lewat yang distop Ismail tak ada yang berhenti. Mungkin mereka takut. Maklum, lokasi kejadian tergolong daerah rawan. Di situ sering terjadi penjambretan, bahkan penodongan. Dalam beberapa bulan ini saja, tercatat di situ terjadi tiga kali penusukan, di luar…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…