Indonesia Dan Icc: Terima, Jangan?

Edisi: 23/31 / Tanggal : 2002-08-11 / Halaman : 76 / Rubrik : AK / Penulis : Makarim, Nono Anwar , ,

Kalau kampiun hak asasi seperti Amerika saja sudah menentang ICC, setidaknya kenyataan itu memberi argumen kepada Indonesia untuk menolak kehadiran suatu mahkamah pidana internasional. Di samping itu, Indonesia juga bisa berlindung di belakang punggung Cina yang kekar, suatu negara yang sedang meraksasa di kawasan Asia. Cina menolak ICC karena menganggap keputusan yang mengorbankan kedaulatan negara begitu besar seyogianya diputuskan secara musyawarah dan mufakat, bukan atas dasar jumlah negara anggota yang setuju.

Sakit hati Indonesia akibat pengeroyokan dunia atas peristiwa Timor Timur belum pulih. Indonesia diam-diam membandingkan nasibnya di Timor Timur dengan pengusiran tim peninjau PBB oleh Israel dan pembangkangan Kamboja terhadap desakan PBB untuk mengadili pembantai sejuta orang di negeri itu. Kesimpulan yang ditarik, selama kecaman masih pada taraf bersumber dari LSM internasional, itu masih bersifat obyektif. Tapi obyektivitas tidak membawa hasil yang positif. Kecaman organisasi non-pemerintah internasional baru berhasil bila didukung oleh negara besar. Kalau negara-negara besar turun tangan, sasaran yang diburu selalu bersifat selektif. Yang kena hampir selalu negara "kucing kurap"—yang kecil, lemah, miskin, atau sedang dilanda krisis.

Bila sudah di tangan negara besar, cengkeraman hukum internasional juga selektif dalam memberlakukan ketentuan-ketentuan pidananya. Negara besar punya cara yang sangat ampuh untuk memecahkan masalah dunia. Kalau ada perkara dengan Irak, negara ini dihujani bom. Kalau ada soal dengan Afganistan, demikian pula yang terjadi. Ada masalah di Kosovo? Dibom sajalah. Human Rights Watch…

Keywords: -

---

Foto Terkait