Takdir Lama Di Semenanjung

Edisi: 12/30 / Tanggal : 2001-05-27 / Halaman : 148 / Rubrik : LN / Penulis : Haryanto, Ignatius , ,

FOKKO de Vries tiba di Makedonia pada April 1999. Dalam catatan hariannya, dokter muda asal Belanda itu menulis: cerita dari para pengungsi hampir selalu serupa. Segerombolan orang bertopeng mengetuk pintu di tengah malam lalu merampas isi rumah. Dan di pagi hari tubuh-tubuh tak bernyawa akan tergeletak di tengah jalan. Apa yang dilukiskan De Vries kini seolah menjadi santapan sehari-hari warga Makedonia, menyusul pecahnya konflik bersenjata antara pasukan pemerintah dan Tentara Pembebasan Nasional (National Liberation Army, NLA)-gerilyawan bersenjata Albania-selama dua bulan terakhir. Konflik yang terus memanas hingga pekan lalu itu mengalirkan ribuan etnis Albania dari Makedonia ke Kosovo sejak awal Mei silam.

Jumat pekan lalu, Komisi Pengungsi PBB di Skopje-ibu kota Makedonia-mencatat pengungsi yang keluar dari perbatasan utara ke Kosovo mencapai 9.000 jiwa. Adapun Maret silam, sekitar 10 ribu orang menyeberang dari Tetovo-di wilayah utara Makedonia-ke Kosovo. Sebuah foto yang disiarkan kantor berita Reuters dari Skopje ke seluruh dunia pekan silam menjadi sebuah "buku harian" tanpa kata-kata: bocah-bocah dengan sinar mata kosong bersesakan di atas truk terbuka, dilarikan ke luar perbatasan sembari terpanggang oleh terik matahari musim panas.

Penderitaan para pengungsi di kawasan Balkan adalah kisah lama. Dulu Kosovo yang banjir darah ditinggalkan para penduduknya ke Makedonia. Kini, "kunjungan balasan" itu terjadi: belasan ribu warga Makedonia ganti membanjiri Kosovo. Dan kisah-kisah dalam catatan De Vries-pemenang Nobel Perdamaian 1999-dengan mudah ditemukan di tengah gelombang pengungsi. Mimpi buruk dan depresi membuat ibu-ibu tak mampu lagi menghasilkan air susu. Sedangkan sebagian besar pengungsi cuma memiliki satu-satunya baju yang melekat di tubuh.

Kondisi ini pula yang dihadapi Palang Merah Internasional tatkala memindahkan ratusan…

Keywords: -

---

Foto Terkait