Berselancar Kesenangan, Bertimbun Kejahatan

Edisi: 16/31 / Tanggal : 2002-06-23 / Halaman : 104 / Rubrik : KRI / Penulis : Nasikin, Kelik M. , Idayanie, L.N. , Purnomo, Abdi


DELAPAN mahasiswa bersorak-sorai kegirangan. Sembari berjingkrakan, mereka berteriak-teriak sembari asyik menyaksikan tayangan langsung acara Piala Dunia 2002 di sebuah rumah kos di Semarang. Tembok putih dijadikan layar lebar untuk gambar pertandingan sepak bola yang disorot dari sebuah proyektor bermerek mahal. ”Inilah kesenangan dan kemudahan,” ujar Gondes, sebut saja begitu, salah seorang mahasiswa tersebut, Sabtu dua pekan lalu.

Lantas tangan Gondes menunjuk ke seperangkat alat elektronik seharga US$ 3.800 atau sekitar Rp 38 juta. Tampak sebuah kamera digital merek Canon, sepatu balap, komputer berperanti lunak Pentium 4, tape perekam, parfum, dan jam tangan impor. Barang-barang ini, menurut pengakuan Gondes, berasal dari hasil pembobolan kartu kredit orang yang tinggal di Amerika dan Eropa pada Mei 2002.

Pembobolan itu tak membuat Gondes sampai diringkus polisi, setidaknya sampai pekan lalu. Kendati kini mengaku tak lagi menjadi carder (pembobol kartu kredit lewat internet di jaringan komputer), Gondes tak merasa bersalah. Justru ia menganggap itulah salah satu cara menyalurkan idealisme, setidaknya menurut versinya. ”Inilah cara melawan kapitalisme global Amerika,” kata aktivis gerakan mahasiswa itu, yang juga anggota sebuah organisasi militan.

Gondes boleh saja berjargon seru. Yang pasti, ia cuma satu dari ratusan carder yang belakangan ini makin merebak di Indonesia. Inilah jenis kejahatan yang tergolong baru dan canggih, setelah teknologi internet merambah di Indonesia sejak satu dasawarsa lalu. Hanya dengan memainkan klik melalui keyboard komputer, seorang carder di sini bisa membobol kartu kredit milik Mr. X entah di bagian mana di dunia.

Kepolisian Daerah Yogyakarta saja mengaku sudah mengantongi 195 nama carder. Beberapa carder tertangkap dan diproses oleh polisi. Salah satunya Petrus Pangkur alias Boni Diobok-obok, 22 tahun. Mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta ini diringkus polisi pada Maret 2001 ketika ia mau mengambil barang pesanan dari hasil pembobolan lewat internet di sebuah biro jasa antar barang internasional.

Sementara itu, Markas Besar Kepolisian RI di Jakarta menyatakan telah punya 150 nama carder. Anehnya, cuma sedikit carder yang teringkus polisi. Bahkan Direktur Tindak Pidana Tertentu Korps Reserse Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Suyitno, mengaku sejak dua tahun lalu baru menerima 23 laporan korban yang terkena 50 kasus carder. Sebagian besar dari laporan itu pun berasal dari kepolisian internasional (Interpol).

Padahal pembobolan kartu kredit lewat internet di Indonesia, menurut pakar komunikasi multimedia di Yogyakarta, Roy Suryo, sudah keterlaluan. ”Sebesar 67 persen transaksi lewat internet yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

G
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14

Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…

S
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14

Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…

K
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16

Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…