Sidney Jones: "Tertangkapnya Hambali Tak Mempengaruhi Operasi Jamaah Islamiyah"

Edisi: 27/32 / Tanggal : 2003-09-07 / Halaman : 45 / Rubrik : WAW / Penulis : W.S., Endah, Setiyardi,


PONDOK Pesantren Mayan Kediri, akhir tahun 1970-an. Seorang perempuan asal New York, Amerika Serikat, berbaur dengan para santri. Ia berkacamata tebal, berkulit putih pucat, dan mengenakan kerudung. Ia ikut membaca kitab kuning, mendengarkan ceramah, atau sekadar bercanda dengan santri lain. Ketika malam datang, ia ikut masuk ke asrama putri dan tidur bersama santri lainnya di dalam kamar beralas tikar pandan.

"Di pesantren itu saya diterima dengan ramah. Penelitian untuk gelar doktor saya itu menjadi pengalaman pertama saya berhubungan dengan pesantren," ujar Sidney Jones, perempuan Amerika itu, yang kini adalah Direktur International Crisis Group, lembaga studi internasional yang memfokuskan diri pada isu terorisme internasional.

Kini nama Sidney seperti tak pernah lepas dari isu terorisme dan Islam radikal. Tertangkapnya Hambali beberapa pekan lalu, misalnya, tak ayal kembali mencuatkan namanya. Apalagi Selasa pekan lalu Sidney mengeluarkan hasil studi terbarunya tentang jaringan Jamaah Islamiyah di Asia Tenggara bertajuk Jemaah Islamiyah in South East Asia: Damaged but Still Dangerous. Laporan ini melengkapi hasil studi sebelumnya tentang jaringan Al-Qaidah di Asia Tenggara berjudul Al-Qaeda in Southeast Asia: The Case of the "Ngruki Network" in Indonesia.

Dalam studinya ini, Sidney secara komprehensif mengungkapkan akar jaringan Jamaah Islamiyah di Asia Tenggara, yang diawali perekrutan mujahidin di Afganistan selama kurang-lebih satu dasawarsa mulai 1985. Dalam laporannya itu bahkan Sidney melampirkan daftar sebagian anggota Jamaah Islamiyah beserta latar belakangnya.

Sidney mengaku, laporannya itu tidak didapat sekejap mata. "Saya bahkan membaca kembali dokumen-dokumen peristiwa teror tahun 1980-an, misalnya pembajakan pesawat Woyla di Bangkok, dan berusaha mencari semua benang merahnya," ujarnya. Selain membaca dokumen-dokumen itu, Sidney mengaku menelisik berita acara pemeriksaan beberapa tersangka aksi teror yang telah tertangkap.

Dunia riset memang tak asing bagi Sidney. Selepas belajar di Oriental Studies and International Relations Universitas Pennsylvania, AS, dan di Universitas Pahlevi, Iran, ia melanglang buana dari satu proyek penelitian ke proyek penelitian lainnya. Ia pernah serius meneliti akar persoalan di Aceh dan Papua dan menjadi peneliti persoalan hak asasi manusia di bawah bendera Amnesty International.

Rabu pekan silam, di tengah kesibukan melayani wawancara media asing, Sidney Jones menerima Endah W.S. dan Setiyardi dari Majalah TEMPO untuk sebuah wawancara khusus. Berikut ini petikannya.

Apa implikasi tertangkapnya Hambali…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…