Utusan Khusus PBB untuk Afganistan, Lakhdar Brahimi: "Faktanya, Ada Orang Muslim Terlibat Terorisme"

Edisi: 12/31 / Tanggal : 2002-05-26 / Halaman : 40 / Rubrik : WAW / Penulis : Bektiati, Bina


DI tengah reruntuhan perang, ada sebuah kawasan di jantung Kota Kabul yang selamat dari hantaman peluru, mortir, dan bom. Di sana berdiri rumah-rumah besar yang mewah. Untuk menjamah kompleks eksklusif ini, orang harus melintasi jalan yang separuh lebarnya dijejali jajaran semen silindris setinggi semeter. Mau tidak mau, mobil yang lewat meluncur pelan dan terkadang zig-zag. Di ujung jalan ini selalu berjaga tentara yang mengawasi setiap kendaraan yang masuk. Hanya mobil yang sudah dikenali, mobil putih berlogo Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dan yang sudah mengantongi izin dari departemen dalam negeri yang diizinkan berlalu-lalang.

Penduduk Kabul menyebut kompleks mewah itu Istana. Di situ memang tinggal orang-orang penting di Afganistan, termasuk Mohammad Zahir Shah, mantan Raja Afganistan (1933-1973). Persis di sebelah kediaman Zahir Shah, berdiri sebuah rumah yang dihuni oleh Lakhdar Brahimi, Utusan Khusus PBB untuk Afganistan. Bisa jadi ia satu-satunya orang non-Afganistan yang tinggal di kawasan itu.

Diplomat kelahiran Aljazair 68 tahun silam ini memang bukan orang sembarangan. Dialah yang paling bertanggung jawab atas terwujudnya perdamaian dan keamanan di Afganistan pasca-Taliban. Di pundaknya juga terpikul misi PBB untuk melancarkan proyek perbaikan negeri ini.

Tugas itu sangat berat. Afganistan sudah telanjur hancur lebur akibat perang. Fasilitas umum nyaris musnah, jalan-jalan rusak berat, dan bangunan-bangunan tinggal puing-puing. Jalan-jalan di luar Kabul dipenuhi bangkai tank yang bergelimpangan dan jembatan-jembatan hancur. Ribuan ranjau masih tersebar di bawah bebatuan, rumput, tanaman anggur yang hangus, bahkan di bawah hamparan salju. Museum perang ini semakin lengkap dengan adanya kuburan para pejuang yang berjajar rapi di pinggir jalan.

Untuk memperbaiki semua kerusakan tersebut, pemerintah Afganistan tak sanggup. Pemerintahan sementara yang dipimpin Hamid Karzai tidak punya uang. Bahkan mereka mengalami kesulitan membayar gaji pegawai negeri, tentara, dan polisi. Itulah sebabnya Brahimi habis-habisan melobi pemimpin negara maju, dalam pertemuan di Tokyo, Januari lalu, agar mereka bersedia membantu, tidak hanya untuk proyek perbaikan Afganistan, tapi juga membayar gaji pegawai.

Brahimi tak mau pengalaman pahit lima tahun silam terulang. Sebagai utusan PBB, saat itu ia gagal meyakinkan negara-negara maju untuk membantu Afganistan pasca-mundurnya Uni Soviet. Akibatnya, negeri ini tak habis-habisnya dilanda perang sipil. Afganistan kemudian semakin tersisih dari dunia internasional setelah Taliban berkuasa.

Tapi tragedi 11 September yang menghancurkan gedung World Trade Center dan Pentagon di Amerika Serikat mengubah segalanya. Dengan alasan mencari Usamah bin Ladin yang dianggap sebagai biang teror,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…