Moeng Parhadimoeljo: "Jika Salah, Anak Buah dan Komandan Harus Dihukum"

Edisi: 08/31 / Tanggal : 2002-04-28 / Halaman : 44 / Rubrik : WAW / Penulis : Kuswardono, Arif A.


ORANG kebanyakan mungkin jarang mengenal Mayjen (Purn.) Moeng Parhadimoeljo. Tapi, di kalangan TNI, khususnya korps Pasukan Khusus, namanya amat dikenal dan orangnya sangat di-segani. Moeng adalah salah satu peletak dasar organisasi tempur Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Bersama sejumlah opsir lainnya, lulusan Kursus Ranger (Ranger Course) di Forth Benning, Georgia, Amerika Serikat (1953), ini merancang berbagai bentuk latihan tempur pasukan komando Baret Merah itu.

Tidak aneh bila sepasang mata tua Moeng tampak berbinar bila dia bercerita tentang bagaimana awalnya pasukan khusus tersebut dibentuk. Tampak sekali kebanggaannya pada pasukan yang baru berulang tahun ke-50 pekan silam itu.

Tapi, laki-laki 77 tahun itu juga tidak bisa menyembunyikan kekecewaan di wajahnya yang sudah keriput bila ditanya soal citra Kopassus yang memburuk. Moeng mengaku malu dengan gambaran Pasukan Khusus, yang diidentikkan dengan penculik dan pembunuh.

Perasaan Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1958-1965 tersebut memang bisa dipahami. Sebab, di masanya, Pasukan Khusus hanya melakukan tindakan yang heroik, terlibat langsung dalam berbagai pertempuran besar, di antaranya penumpasan PRRI/Permesta, Operasi Trikora merebut Irian Barat, dan Operasi Dwikora "mengganyang" Malaysia, serta memadamkan Gerakan 30 September 1965.

Anak ke-10 dari selusin bersaudara ini memang layak menjadi cermin. Moeng, anak abdi dalem Keraton Yogyakarta itu, pantang mengambil sesuatu yang ia anggap bukan haknya. Ia mengembalikan kelebihan jatah beras, bahkan menukar jenis beras bila dia anggap terlalu bagus.

Sang ayah dari enam anak ini juga orang yang bersahaja. Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah berlebihan. Satu-satunya jabatannya yang "bergengsi" adalah ketika ia menjadi Komisaris Bank Duta, hingga dia bisa membiayai pelaksanaan umroh dari gajinya di bank ini. Tapi jabatan itu pun dia tinggalkan karena bank tersebut dilanda skandal keuangan yang dilakukan kroni Soeharto.

Kini, Moeng tinggal di rumahnya yang sederhana di kawasan Cipinang, Jakarta Timur. Ia masih tampak sehat. Padahal lelaki tua yang ramah ini sudah men-derita penurunan fungsi otak karena pengecilan pembuluh-pembuluh darah di otaknya. Matanya juga peka terhadap cahaya terang.

Berikut adalah petikan wawancara Arif A. Kuswardono dari TEMPO dengan Moeng, Senin pekan silam.

Anda jarang datang ke markas Kopassus. Kenapa sekarang akhirnya Anda mau menghadiri perayaan ulang tahun Kopassus?

Saya memang jarang datang. Terakhir, saya datang di zaman Prabowo Subianto.

Saya malu, karena ada kenalan baik saya yang bercerita ke saya bahwa dia diperas oknum Kopassus yang menjadi beking seorang Cina. Teman saya itu pengusaha perkebunan teh. Terus terang saja saya malu, karena pengusaha itu orang baik. Kebetulan kami kenal baik.

Sekarang, citra Kopassus buruk. Anggota Kopassus di Papua terlibat pembunuhan Theys. Diduga karena soal bisnis. Mengapa ada kecenderungan anggota Kopassus jadi beking bisnis?

Kontrol komandannya kurang. Atau, malah komandannya kebagian. Bagi saya, uang harus saya dapatkan dengan cara halal. Ketika saya pensiun dari jabatan Irjen AD, saya diangkat menjadi Komisaris Bank Duta. Karena pengangkatan itu, saya lantas mampu melaksanakan umroh.

Tapi Anda minta mundur dari jabatan tersebut?

Ya, saya minta mundur karena memang ada persoalan keuangan di bank itu. Ada kroni Soeharto yang menjadi komisaris utama yang berbuat curang dengan menaikkan gajinya sendiri, menyalurkan kredit untuk usahanya sendiri. Padahal semua itu harus seizin komisaris.

Kenapa di masa Anda dan komandan-komandan Pasukan…

Keywords: PrabowoPrabowo SubiantoKopassus
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…