Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin: "Tugas Saya Menjelaskan, Bukan Berkomentar"

Edisi: 03/31 / Tanggal : 2002-03-24 / Halaman : 36 / Rubrik : WAW / Penulis : Bektiati, Bina , Sepriyossa, Darmawan , Sudarsono, Gendur


SJAFRIE Sjamsoeddin tetap seperti dulu. Penampilannya rapi dengan seragam hijau angkatan darat (AD) dan lencana-lencana keemasan berkilap tertempel di dada. Ia tampak santai dan banyak senyum. Wajah tampannya pun tampak sama seperti yang terpampang di foto-foto dan di layar kaca ketika ia masih menjadi Panglima Daerah Militer (Pangdam) Jaya, September 1997-Juni 1998. Jumlah bintang yang tersemat di pundaknya pun tetap sama seperti lima tahun silam, tidak bertambah dan tidak berkurang, yaitu dua buah?atau mayor jenderal.

Tapi ada yang berubah pada Sjafrie. Sejak 4 Maret 2002, laki-laki kelahiran Makassar setengah abad silam ini menduduki "posisi terdepan" di Tentara Nasional Indonesia (TNI), yaitu sebagai kepala pusat penerangan (kapuspen).

Sebagai seorang infanteri (pasukan tempur AD) yang biasa berada di lapangan dan medan pertempuran?pernah di Timor Timur, Aceh, dan Irianjaya?Sjafrie mengaku tidak menduga mendapat tugas sebagai kapuspen. Apalagi mantan Wakil Asisten Operasi Komandan Kopassus (1991) ini tidak punya latar belakang sebagai perwira penerangan. "Tapi ini tugas," katanya.

Jadi, tampaknya tidak masalah bagi seorang Sjafrie untuk ditempatkan di mana pun. Namun, yang merasa terganggu justru masyarakat. Berbagai reaksi negatif muncul menyertai berita pengangkatan pemegang bintang Adi Makayasa (penghargaan untuk lulusan terbaik di Akabri) tahun 1974 ini menjadi kapuspen. Disebut-sebut, penempatan Sjafrie bisa semakin memperburuk citra TNI. Maklum, Sjafrie ditengarai bertanggung jawab pada kerusuhan Mei 1998 dan tragedi Semanggi I dan II.

Hingga saat ini, siapa yang bertanggung jawab di belakang kerusuhan Mei, pembunuhan mahasiswa, dan pembakaran dianggap belum terusut tuntas. Meskipun Markas Besar Kepolisian RI sudah menyerahkan beberapa orang anggota Brimob untuk diadili, itu dianggap tidak cukup. Sebab, berbagai kalangan menilai bahwa komandannya, yaitu perwira tinggi?termasuk Sjafrie, yang menjabat sebagai Pangdam Jaya?lolos begitu saja.

Keberadaan Komisi Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPP HAM) Trisakti dan Semanggi I dan II yang bekerja sejak pertengahan tahun lalu, misalnya, merupakan contoh bahwa masyarakat tidak mudah percaya. Bahkan KPP itu, yang rencananya mengumumkan semua hasil temuannya pada 20 Maret 2002 mendatang, berkeras memanggil Sjafrie dan Jenderal (Purnawirawan) Wiranto, yang pada saat itu menjadi Panglima ABRI/Menteri Pertahanan dan Keamanan.

Terjadi perlawanan dari pihak TNI. Menurut pihak TNI, DPR sudah memutuskan tidak terjadi pelanggaran hak asasi berat pada kasus Trisakti dan Semanggi I dan II. Pun, menurut Badan Pembinaan Hukum (Babinkum) TNI?pihak yang menangani urusan hukum kasus Trisakti dan Semanggi?KPP HAM itu tidak memiliki landasan hukum kuat.

Masalahnya memang belum selesai dan akan tetap bergulir. Pengangkatan mantan pengawal Presiden Soeharto ini sebagai kapuspen seperti sebuah ujian. "Saya akan menjawab semua kecurigaan dengan bekerja sebaik-baiknya," katanya dengan kalem.

Tekadnya itu dibuktikan dengan mengadakan pertemuan terbuka…

Keywords: PrabowoPrabowo SubiantoKopassus SJAFRIE Sjamsoeddin
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…