Ali Alatas: "insiden Santa Cruz Adalah Titik Balik Diplomasi Kita"

Edisi: 29/29 / Tanggal : 2000-09-24 / Halaman : 38 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


NUN jauh di New York, 16 bulan silam. Duduk berdampingan dengan Menteri Luar Negeri Portugal Jaime Gama, Menteri Luar Negeri Indonesia Ali Alatas tersenyum lebar. Urat-urat di wajahnya mengendur dan garis wajahnya lebih rileks setelah tahun-tahun penuh perundingan panjang tentang Timor Timur (kini Republik Timor Loro Sa'e) berakhir dengan jabat tangan erat. Hari itu, menjelang akhir April 1999, di tengah hawa musim bunga yang meruap di atas pencakar langit New York, dua menteri luar negeri itu sepakat tentang sebuah paket otonomi bagi Timor Loro Sa'e. Paket ini diharapkan kelak membuka jalan bagi 800 ribu rakyat di negeri kecil itu untuk menentukan masa depan mereka. Kelegaan Ali Alatas ternyata tidak berumur lama.

New York, 16 bulan kemudian.... Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Kofi Annan mengajak 156 negara peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium mengheningkan cipta bagi tiga pekerja Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi yang tewas dibakar pengungsi Timor Loro Sa'e di Atambua, Rabu dua pekan lalu. Presiden Abdurrahman Wahid, yang hadir dalam acara itu, menundukkan kepala. Dan Ali Alatas, 68 tahun, boleh jadi merenungkan tragedi itu dengan caranya sendiri pula.

Tragedi di Atambua itu tak bisa dilepaskan dari apa yang terjadi di Timor Loro Sa'e dua tahun atau bahkan dua puluh tahun terakhir: pasang surut usaha wilayah kecil itu menentukan nasibnya adalah proses yang amat akrab dengan Ali Alatas. Seluruh inci Timor Loro Sa'e sesungguhnya pernah menantang seluruh kemampuan diplomasi dan lobi Ali Alatas-salah satu diplomat yang mahir dan berbakat yang pernah lahir dari Departemen Luar Negeri kita.

Tatkala menjadi Menteri Luar Negeri (Menlu) pada 1987, ia bukan cuma menjadi orang terdepan dalam negosiasi nasib mantan provinsi termuda RI itu dengan pihak luar. Menlu empat kabinet (1987-1999) ini adalah orang pertama pula yang ditekan PBB dan dunia internasional saban kali Timor Loro Sa'e dibicarakan di forum resmi dunia. Lalu, tatkala negeri itu memilih berpisah dari Indonesia-dalam referendum Agustus 1998-orang menganggap ia gagal menjalankan politik luar negeri, bersama pendahulunya, Mochtar Kusumaatmadja.

Beberapa kalangan bahkan melihat beralihnya Tim-Tim menjadi Republik Timor Loro Sa'e seolah mengembalikan seluruh usaha Ali Alatas dan tim diplomatnya ke "titik nadir". "Saya tidak merasa demikian. Saya menjalankan apa yang diputuskan pemerintah dan saya sudah berusaha semampu saya," ujarnya kepada TEMPO.

Diplomasi adalah dunia Ali Alatas-kendati di masa kecilnya alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini bercita-cita menjadi pengacara. Ia lulus dari Universitas Indonesia pada 1956, menikah, dan berangkat ke Bangkok untuk mengawali tugas diplomatnya yang pertama sebagai Sekretaris Kedua di Kedutaan Besar RI Bangkok. Selama dua dasawarsa lebih Ali Alatas memperlihatkan kelas tersendiri sebagai diplomat. Ia pernah dinominasikan menjadi Sekjen PBB oleh sejumlah negara Asia pada 1996.

Dukungan kepada Ali Alatas terbentur kendala lama dalam diplomasi luar negeri Indonesa seperempat abad terakhir: "kerikil dalam sepatu," begitu ia menyebut Tim-Tim. Toh, Ali jalan terus. Ia mengakhiri karir diplomatnya dengan posisi yang tidak kalah prestisius: sebagai Menteri Luar Negeri. Jabatan itu ia pegang dari masa Soeharto…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…