Jenderal Abdul Haris Nasution Pesan Sejarah Seorang Jenderal Besar
Edisi: 28/29 / Tanggal : 2000-09-17 / Halaman : 130 / Rubrik : OBI / Penulis : Kleden, Hermien Y. , Budiyarso, Edy , Prabandari, Purwani D
PASUKAN pengawal duka bergantian berjaga di depan pintu rumah tua berwarna krem itu. Di dalamnya, di bawah keteduhan pohon-pohon yang menyejukkan udara, seorang prajurit tua berbaring tenteram dengan mata tertutup. Orang-orang terpenting di negeri ini mengalir ke hadapannya, berdoa dengan takzim, dan memberinya hormat. Namun, Abdul Haris Nasution-jenderal besar yang selalu bangga menyebut dirinya prajurit-tak pernah bangun lagi untuk menerima semua penghormatan dan silaturahmi.
Kegagalan organ tubuh (multiorgan failure) telah merenggut nyawanya pada Rabu pagi pekan lalu. Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, Pak Nas (panggilan akrab Jenderal Nasution) menutup mata untuk selama-lamanya dalam usia 82 tahun. Ia ditunggui Johana Sunarti, istri dan kawan sepenanggungannya selama 53 tahun, putrinya Hendriyanti Sahara Nasution, serta sejumlah kerabatnya.
Dalam waktu singkat, kabar itu mengalir melalui telepon, pager, radio, televisi, dan media massa ke semua penjuru negeri. Yang pergi bersama Nasution bukan "sekadar" nyawa atau kenangan, tapi jejak-jejak panjang sejarah-yang sebagiannya masih terselubung tanda tanya. Ia satu-satunya jenderal yang lolos dari pembunuhan di malam G30S-PKI. Peristiwa yang merenggut nyawa putri bungsunya, Ade Irma Suryani Nasution, itu sampai sekarang masih menyisakan misteri-siapa yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…