Menteri Negara Gam, Malik Mahmud Al-haytar: "kami Belum Kalah"
Edisi: 37/32 / Tanggal : 2003-11-16 / Halaman : 48 / Rubrik : WAW / Penulis : Assegaf, Faisal, ,
KETIKA Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dideklarasikan pada 1976, namanya sama sekali tak terdengar. Dalam buku-buku yang ditulis pemimpin GAM Hasan Tiro, saat GAM berperang melawan tentara Indonesia pada paruh kedua dekade 1970, namanya sama sekali tak muncul.
Malik Mahmud al-Haytar, 64 tahun, memang terhitung "baru" dalam kancah perang Aceh. Dibandingkan dengan Husaini Hasan (Menteri Pendidikan GAM yang kini membelot dari kubu Hasan Tiro), Zaini Abdullah (Menteri Kesehatan), Daud Paneuk (Panglima GAM periode awal yang kini juga membelot), Malik Mahmud memang bukan sang pionir. Para pendukungnya menyebut ia orang belakang layarâkarenanya, ia tak masyhur.
Nama Malik Mahmud baru muncul pada awal 1980-an, ketika sejumlah petinggi GAM berbondong-bondong melarikan diri ke luar negeri akibat tekanan hebat tentara Indonesia. Malik, yang besar di Singapuraâayahnya adalah seorang penguasa di sanaâmemfasilitasi pelarian itu. Ia sendiri kemudian pindah ke Stockholm, Swedia, pada akhir 1990-an, mengikuti jejak Hasan Tiro dan sejumlah petinggi GAM lainnya. Dibandingkan dengan di Aceh, Malik lebih banyak menghabiskan waktunya di luar negeri.
Tapi kini Malik memegang posisi kunci dalam struktur GAM. Ia adalah Menteri Negara dan menjadi tangan kanan Hasan Tiro. Arus informasi dari dan menuju Tiro selalu melalui Malik. Seorang wartawan asing yang mewawancarai Hasan Tiro tiga tahun lalu sempat mengeluh. "Hasan Tiro selalu menjawab pertanyaan saya dengan mengatakan tanyakan saja pada Malik," kata si wartawan.
Putra Mahmud al-Haytarâorang kepercayaan Daud Beureueh, tokoh Darul Islam Acehâini memang memegang kendali. Perundingan GAM dan RI di Jenewa selalu dipimpin pria ramping bermata tajam ini.
Tapi, di masa awal perundingan, Malik jarang muncul ke publik. Konferensi pers GAM selalu diberikan Zaini Abdullah, sementara Malik menghilang seperti hantu. TEMPO pada tahun 2000 lalu pernah menemui Malik di sebuah hotel di Jenewa, Swiss. Tapi ia muncul hanya 10 menit, memberi salam dan bercakap-cakap, untuk kemudian menghilang lagi. Baru belakanganâketika perundingan damai (CoHA) diteken, dan dalam perundingan susulan di Tokyo, Jepangâtampang Malik muncul di televisi.
Bulan lalu, dalam situasi perang di Aceh yang tak menentu, Malik bikin gebrakan. Ia berpidato di Parlemen Eropa untuk meminta politikus di sana memberikan perhatian lebih kepada pelanggaran hak asasi manusia di Aceh. Bukan prestasi gemilang, memang: kabarnya, tak banyak anggota Parlemen…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…