A.M. Hanafi: "Jadi Buangan Politik Seperti Penderita Lepra"
Edisi: 41/28 / Tanggal : 1999-12-19 / Halaman : 55 / Rubrik : WAW / Penulis : Setiyardi
SEHELAI surat bertanggal 26 Januari 1966 tiba di tangan Perdana Menteri Kuba, Fidel Castro. "...Kawanku Fidel yang baik. Sebenarnya Duta Besar Hanafi masih saya butuhkan di Indonesia, tetapi saya berpendapat bahwa persahabatan yang rapat antara Indonesia dan Kuba adalah amat penting pula untuk bersama-sama menghadapi musuh, yaitu Nekolim. Sekian dahulu, kawanku Fidel. Salam hangat dari rakyat Indonesia kepada rakyat Kuba...."
Duta Besar RI untuk Kuba, A.M. Hanafi (1963-1966), menyampaikan sendiri surat yang ditulis tangan oleh Bung Karno itu kepada sang Perdana Menteri.
Empat bulan setelah surat Bung Karno itu diserahkan, Mei 1966, Hanafi-kini 82 tahun-dilengserkan dari semua jabatannya oleh pemerintah Orde Baru. Hal ini hanya satu dari sejumlah besar "pembersihan" yang dilakukan Presiden Soeharto-setelah kejatuhan Bung Karno dan pemberantasan G30S/PKI. Inilah awal titik balik yang menyedihkan dalam kehidupan bekas diplomat itu. Pemerintah Orde Baru juga memutuskan agar paspor Hanafi dan keluarganya tidak lagi diperpanjang, sejak 1966.
Kendati tetap tinggal di Havana hingga 1972, Hanafi dan keluarganya tidak punya status yang jelas. "Perlakuan rezim Soeharto kepada saya tidak konstitusional dan menyalahi kelaziman aturan diplomatik," ujarnya kepada TEMPO. Perubahan sikap Jakarta rupanya tidak diikuti Havana. Fidel Castro dan para pejabat di Kuba justru menaruh simpati yang dalam pada nasib ayah lima anak ini. Buktinya? Pada 17 Agustus 1968-saat ia sudah berstatus buangan politik-para petinggi Kuba hadir dalam perayaan Hari Proklamasi Indonesia di Hotel Riviera, Havana. Hadir di antara para tamu, Menteri Luar Negeri Kuba, Dr. Raul Roa, dan tokoh revolusi Kuba, Che Guevara.
Dari Havana, Hanafi pindah ke Paris pada 1972. Di sana, lelaki asal Desa Lubukngatungan, Marga Ulutalo, Bengkulu, ini meneruskan hidupnya dalam kesunyian panjang. Ia dipaksa menjadi manusia tanpa paspor dan kewarganegaraan. Selama di Paris, bekas Menteri Negara Pengerahan Tenaga Rakyat (Petera, 1957-1959) ini menafkahi keluarganya dengan mengajar bahasa Indonesia dan membuka kedai makan.
Walau sangat lama tercerabut dari Tanah Air, cinta Hanafi kepada tanah airnya dan Bung Karno tak lekang sedikit pun. "Sukarno adalah guru yang mengajarkan kebenaran dan membukakan dunia politik kepada saya," ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Pertemuan pertama Bapak dan Anak Marhaen-julukan yang diberikan Bung Karno kepadanya-ini terjadi di Bengkulu, pada 1938. Sejak itu, Hanafi menjadi pengikut setia Bung Karno.
November silam, A.M. Hanafi dan istrinya, Sukendah, dengan mata berlinang-linang kembali menginjakkan kaki di Indonesia-setelah 35 tahun menjadi buangan politik. "Ini tanah air yang selalu saya rindukan dalam pengasingan," katanya.
Pekan lalu, penulis buku Menggugat: Kudeta Jenderal Soeharto, dari Gestapu ke Supersemar ini menerima wartawan TEMPO, Setiyardi, untuk sebuah wawancara khusus, di kediaman seorang kawannya, di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan.
Petikannya:
Apa yang membuat Anda ingin pulang ke Indonesia?
Ini negeri tempat saya lahir dan dibesarkan. Selama puluhan tahun, saya memendam kerinduan kepada Tanah Air. Jelek-jelek begini, saya terlibat dalam pendirian Republik Indonesia (RI). Bersama kawan-kawan dari "Menteng 31" (saat ini menjadi Gedung Djoang 45 di kawasan Menteng, Jakarta Pusat-Red.) kami turut aktif dalam gerakan merebut kemerdekaan.
Apa rasanya melihat Indonesia kembali setelah 35 tahun?
Sedih! Teman-teman saya, khususnya dari kelompok Menteng 31, seperti Chaerul Saleh, Adam Malik, Pandu Kartawiguna, dan lain-lain, sudah meninggal.
Tapi nasib Anda-menjadi orang bebas di luar negeri-bukankah masih lebih baik dibandingkan dengan, misalnya, para tapol/napol yang ditahan bertahun-tahun tanpa pengadilan?
Kalau boleh memilih, saya lebih suka ditahan bertahun-tahun tanpa pengadilan, tapi tetap tinggal di tanah air sendiri. Menjadi buangan politik…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…