Platform Baru Partai Politik

Edisi: 22/29 / Tanggal : 2000-08-06 / Halaman : 60 / Rubrik : AK / Penulis : Makarim, Nono Anwar , ,


Oleh: Nono Anwar Makarim

PARTAI politik Indonesia sekarang dan 50 tahun lalu tak banyak berbeda. Perekat internalnya kurang kuat. Tokoh partai lebih dominan daripada partainya sendiri. Isi dan pembedaan ideologi, program, dan platformnya tidak jelas. Konstituensi berat di Jawa. Masyarakat pemilih lebih tergerak oleh sentimen daerah daripada oleh pertimbangan nasional. Pejabat partai omong sendiri tanpa mengindahkan garis partai. Partai kurang siap menanggapi masalah yang timbul di masyarakat.

Perbedaannya, partai zaman dulu punya lebih banyak tokoh sehingga bisa membentuk berbagai faksi. Di PNI ada faksi Sartono, dengan anggota antara lain Wilopo, Suwiryo, dan Suyono Hadinoto. Di faksi yang lebih "merakyat" ada Sidik Djojosukarto dan pengikutnya. Di Masyumi ada faksi M. Natsir dan Sjafruddin Prawiranegara, yang dianggap bergaris "keras", dan ada sayap Sukiman yang "lunak". Hanya, dalam PKI tidak ditemukan faksi-faksi. "Sayap" Tan Ling Djie tersapu bersih oleh dominasi triumvirat Aidit-Nyoto-Lukman.

Sekarang, yang terlihat hanya PDI Perjuangan Megawati, PAN Amien Rais, Golkar Akbar Tandjung, dan PKB Abdurrahman Wahid.

Kemudian, di masa lalu, setiap partai politik punya kaitan dengan organisasi buruh. Kini, kaitan partai dengan angkatan pekerja kurang terlihat.

Singkat kata, meski tak banyak berbeda, partai di masa lalu masih lebih punya kekuatan dibandingkan dengan partai zaman sekarang. Dengan kalimat lain, partai di Indonesia masa sekarang lebih lemah daripada di masa lalu.

Menurut Huntington, dalam dasawarsa terakhir abad ke-20, dua pertiga negara yang sedang menjalankan demokratisasi merosot kembali ke jurang kediktatoran. Yang menyeret kembali ke alam diktatorial adalah militer. Yang pertama terinjak-injak oleh barisan sepatu bot militer adalah negara yang sistem politik sipilnya lemah. Negara-negara Amerika Latin yang kembali jatuh ke alam otoriter adalah yang partai politiknya serupa dengan profil partai politik di Indonesia.

Teori-teori yang bermaksud mengantarkan Indonesia kembali ke "kepribadian" asli bangsa pun sudah mulai terdengar, misalnya berikut ini.

"Nilai-nilai asing yang diimpor ke Indonesia secara mentah-mentah, seperti hak asasi manusia, telah merobek-robek persatuan dan kesatuan bangsa. Reaksi penduduk di negara kepulauan terhadap pemberian demokrasi adalah menuntut kemerdekaan. Tidak bisa TNI diberi porsi pertahanan dan polisi diberi tugas keamanan. Polisi tak akan mampu mengatasi kerusuhan dan pertikaian etnis. Mereka tidak punya cukup peralatan, nyali, dan pengalaman. Hanya TNI yang sanggup. Dalam setiap isu keamanan terselip aspek pertahanan. Hak asasi manusia…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Antara Solar dan Solar
1994-06-18

Pilot project diterjemahkan pilot proyek, atau status simbol asal kata symbol status. penerjemahan seperti itu…

I
INDONESIA DIINTERVENSI?
2003-01-12

Kemungkinan intervensi militer terhadap indonesia bukan isapan jempol. kemelut timor timur telah membuktikannya. di luar…

K
KITA MENGUNDANG INTERVENSI ASING?
2003-01-12

Banyaknya konflik internal telah dan akan mengundang intervensi asing ke indonesia. tapi tudingan mungkin lebih…