Jhohanes Abraham Dimara: "Kalau Berdiri Sendiri, Papua Akan Celaka"

Edisi: 39/28 / Tanggal : 1999-12-05 / Halaman : 55 / Rubrik : WAW / Penulis : Budiarso, Edy


LELAKI tua itu mengenakan topi koboi. Tapi ia tidak tampak gagah sebagaimana layaknya para koboi. Perawakannya renta dan ringkih, jalannya tidak lagi tegak, suara batuknya seolah membersitkan kesusahan hidup yang panjang. Jhohanes Abraham Dimara, lelaki tua ini, sesungguhnya menyimpan masa muda yang heroik dan cemerlang. Dialah yang mengantar Jos Soedarso-tatkala komodor itu masuk ke Pulau Buru-untuk menghantam Belanda pada 1946. Dimara muda sempat bergerilya di hutan-hutan Papua Barat-begitu ia menyebut nama tanah kelahirannya-melawan Belanda. Perlawanan ini menyebabkan ia dijebloskan ke penjara selama beberapa tahun. Terakhir, Belanda mengirimnya ke bui di Boven Digul, Irian, untuk menjalani hukuman 20 tahun. Hukuman itu tak penuh dijalaninya karena Dimara kemudian dibebaskan pemerintah Republik Indonesia (RI)-yang ketika itu sedang gencar melakukan aksi mengembalikan Irian ke pangkuan Indonesia-pada 1961.

Dilahirkan 85 tahun silam di Korem, Biak Utara, Irianjaya, Dimara adalah anak tertua dari Korano (Raja) Williem Dimara. Pada usia 13 tahun, ia sudah merantau ke Ambon. Di sana, Dimara belajar menjadi penginjil dan masuk sekolah pertanian Belanda.

Ketika Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dibacakan di Jakarta oleh Sukarno dan Moh. Hatta, Dimara bekerja di Radio Kempetai Jepang di Pulau Buru. Dari radio itulah ia mendengar berita tersebut-yang kemudian mengubah jalan hidupnya. Lebih-lebih setelah pertemuannya dengan Komodor Jos Soedarso, setahun kemudian. Kepada Jos, yang masa itu tengah menjalankan misi penerangan ke kawasan Indonesia timur, Dimara menyatakan kesanggupannya membantu. Inilah awal sebuah pertalian panjang antara Dimara dan perjuangan Irian untuk bergabung dengan RI.

Sejak 1946 pula, Dimara aktif dalam aksi mengusir Belanda di Ambon dan Irian, baik secara terang-terangan maupun gerilya. Dalam pertempuran di Namlea, Buru Utara, pada 1950, ia tertembak. Ia dirawat di sebuah rumah sakit di Makassar. Peristiwa sedih ini ternyata membawanya berkenalan dengan Bung Karno. Inilah juga pertemuan yang mendekatkan Dimara dengan kehidupan istana. Presiden, yang terkesan pada anak muda ini, bukan hanya menanyakan perihal Irian, tapi juga meminta dia bergabung untuk menyelesaikan konflik Irian-yang ketika itu masih dalam status sengketa dengan Belanda.

Pada 1961, Bung Karno menunjuknya sebagai anggota delegasi RI yang akan merundingkan nasib Irian di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York. Ia mewakili rakyat Irian dan berangkat ke Amerika bersama Menteri Luar Negeri Soebandrio. Negosiasi RI di PBB untuk mengakhiri kolonisasi Belanda akhirnya berbuah setelah mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy. Sampai kini, Dimara tetap mengenang baik peristiwa itu, yang benar-benar telah melempengkan masuknya Irian ke wilayah Indonesia.

Wibawa Dimara tidak pudar kendati usianya kini sudah 85 tahun. Masyarakat Irian yang belakangan aktif menyerukan Papua Merdeka giat membujuk serdadu tua ini untuk bergabung. Apa jawabnya? "Proklamasi Indonesia dari Sabang sampai Merauke itu sah. Dan ini yang tidak dipahami anak-anak muda, yang sekarang berdemonstrasi agar Irian lepas dari Indonesia," tuturnya kepada TEMPO.

Di usianya yang sudah larut senja, anak raja ini hidup amat sederhana-untuk tidak menyebut miskin-di sebuah rumah kontrakan, beratapkan genteng bocor di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat. Satu-satunya pusaka Bung Karno sudah lenyap. Sebidang tanah di Jatinegara, Jakarta Timur, yang diberikan presiden pertama RI itu kepadanya-selepas bertugas sebagai delegasi PBB-diserobot tentara pada awal Orde Baru, dan belakangan menjadi milik Probosutedjo.

Pekan lalu, pensiunan mayor yang pernah menjadi anggota DPA (1962-1980) itu menerima wartawan TEMPO, Edy Budiarso, untuk sebuah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…