Asrul Sani: "angkatan 45 Membebaskan Bahasa Indonesia"
Edisi: 36/28 / Tanggal : 1999-11-14 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : Arjanto, Dwi , Kleden, Hermien Y.
TIDAK mudah menampilkan sosok Asrul Sani, penyair, sutradara, dan penulis skenario yang oleh orang film kini dianggap legenda. Asrul juga dokter hewan lulusan Institut Pertanian Bogor dan pernah menjadi anggota DPR selama tiga masa jabatan. Pengetahuannya sebagai dokter hewan hampir tidak dipraktekkan. Namun, selaku sastrawan dan seniman film, Asrul Sani tak pernah berhenti berkarya. Selain dikenal sebagai penyair Angkatan 45, dia juga menulis cerita pendek, esai, serta skenario film dan televisi. Anehnya, Asrul menyebut dirinya amatir dalam bidang-bidang ini. Sebab, "Seorang amatir melakukan sesuatu karena kesenangan."
Asrul Sani memenangi piala Golden Harvest dalam Festival Film Asia 1970 untuk filmnya Apa yang Kaucari, Palupi. Sejak filmnya yang pertama, Titian Serambut Dibelah Tujuh (1959), disusul Pagar Kawat Berduri (1961), hampir ke-20 film yang disutradarainya mengangkat tema dengan muatan sosial politik yang pekat. Demikian juga cerita dan skenario film yang digubahnya-dua yang terakhir berupa komedi populer, yakni Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985) dan Naga Bonar (1986). Dari tangannya juga bermunculan film televisi yang memikat-yang acap ditayangulangkan adalah Mahkamah. Beberapa di antaranya bahkan diputar di Malaysia dan Singapura.
Istrinya, Mutiara Sani, ikut membintangi film layar lebar dan film televisi arahannya. Respons dari penonton cukup mendukung masa itu, terutama ketika serial televisi Siti Nurbaya-dengan skenario dari Asrul Sani yang dibuat berdasarkan novel klasik karya Marah Roesli-ditayangkan, jauh sebelum televisi Indonesia dilanda banjir sinetron. Ironisnya, Asrul, yang banyak dilibatkan dalam upaya menumbuhkan perfilman nasional, justru menyaksikan kehancuran film Indonesia itu sendiri. Menurut Asrul, penghancuran itu dengan sukses dilakukan Harmoko selama 15 tahun "berkuasa" sebagai menteri penerangan.
Asrul Sani, yang tak tertandingi di arena debat, menjadi anggota DPR selama 16 tahun. Ia sempat dicap sebagai "pemberontak" karena acap melancarkan kritik terhadap pemerintah. Katanya, aura demokrasi sudah menguap dari parlemen kita sejak 1971.
Bersama-sama Chairil Anwar dan Rivai Apin, Asrul Sani dikenal sebagai pelopor Angkatan 45 (ketiganya terwakili dalam kumpulan puisi Tiga Menguak Takdir). Tonggak mereka adalah Surat Kepercayaan Gelanggang, 18 Februari 1950, sebuah manifesto yang ditulis Asrul dan mencuatkan "konsepsi budaya" Angkatan 45. Dokumen ini diterbitkan pada 23 Oktober 1950, setahun setelah Chairil meninggal.
Asrul, ayah enam anak, kelahiran Rao, Sumatra Barat, 10 Juni 1927, adalah bungsu dari tiga bersaudara, anak pemuka adat Sultan Marah Sani Syair Alamsyah. Ditemui di kediamannya awal Oktober lalu, Asrul, yang rambut dan berewoknya telah bersepuh perak, tampak sehat dan bugar. Ingatannya jernih dan mendetail, bahkan tentang banyak hal sepanjang usianya yang sudah 72 tahun itu. Wartawan TEMPO Dwi Arjanto dan Hermien Y. Kleden tiga kali menemuinya di rumahnya, di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan.
Petikannya:
Apa yang ada di benak Anda sewaktu menyusun Surat Kepercayaan Gelanggang?
Terus terang, ada satu kesombongan. Kami merasa tidak perlu dibatasi dengan kebanggaan tentang Borobudur atau Shakespeare, misalnya. Apa yang ada di dunia adalah milik kita semua. Dan itu yang menjadi kenyataan.
Mengapa harus sombong?
Setiap pemuda itu sombong, tidak bisa tidak. Dia tidak akan maju kalau tidak arogan. Dia harus bisa separuh sinting memandang keyakinannya. Kalau tidak, dia juga tidak akan bisa berdemonstrasi. Sebagaimana umumnya gerakan avant garde, Angkatan 45 hanya berjalan di depan-sampai suatu saat ada orang lain yang lebih jeli yang memanfaatkan keuntungan. Angkatan 45 tidak punya waktu. Dia berlari terlalu cepat untuk mengejar apa yang diinginkan.
Apa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…