Sri Mulyono Herlambang: "AURI Dikambinghitamkan"

Edisi: 25/28 / Tanggal : 1999-08-29 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : Bramantyo, Ardi , Kleden, Hermien Y. ,


SEBUAH jumpa pers yang tidak biasa berlangsung di Kompleks Halim Perdana Kusuma, Selasa, 13 Oktober 1998. Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Udara Republik Indonesia (PP AURI), yang diketuai Marsekal Muda (Purn.) Sri Mulyono Herlambang, menjadi tuan rumah acara tersebut. Bersama beberapa perwira tinggi purnawirawan AURI, di antaranya A. Andoko, Saleh Basarah, dan Ashadi Tjahyadi, Herlambang mengumumkan niat PP AURI untuk meluruskan sejarah kelam yang menyaput citra AURI selama 32 tahun pemerintahan Soeharto. Bukan rahasia lagi bahwa dalam kaitan dengan G30S-PKI, AURI dicap sebagai basis gerakan militer komunis oleh rezim Orde Baru. Apakah tuduhan itu benar atau tidak, sejauh ini tidak ada klarifikasi resmi. Mungkin karena itu pula, dalam jumpa pers tersebut, PP AURI berusaha memetakan duduk perkara yang sebenarnya.

"Ini bukan balas dendam. Kami hanya ingin menyalakan lilin-lilin kecil yang menerangi bagian gelap dalam lorong sejarah," ujar Herlambang saat itu. Untuk memperbaiki citra AURI, tentu masih diperlukan semacam "buku putih", sementara bagi Sri Mulyono Herlambang sendiri, jumpa pers itu agaknya menjadi momen yang istimewa. Mengapa? Ia memerlukan waktu yang panjang, sekitar 32 tahun, untuk kembali bersentuhan dengan dunia AURI yang amat dicintainya-sebuah dunia yang panji-panji dan kemegahannya sudah "dibuang" jauh-jauh dari ingatan, setidaknya sejak ia mengundurkan diri dari AURI/TNI pada 1 April 1967, tak lama setelah Bung Karno "dimakzulkan" dari singgasana kepresidenan RI.

Ketika itu, Herlambang baru berusia 37 tahun. Ia adalah salah satu dari 16 menteri yang ditangkap dan disingkirkan, menyusul turunnya Surat Perintah 11 Maret yang menandai awal kekuasaan rezim Soeharto. Ia disekap selama enam bulan di Penjara Nirbaya, yang berlanjut dengan tahanan kota selama satu tahun. Namun, perwira yang dulu begitu gagah dalam baju upacara AURI itu juga tangguh menghadapi cobaan. Ia teguh berpegang pada doktrin penerbang yang berbunyi, "Plan your fly and fly according to your plan."

Alhasil, tatkala semua pangkat sudah dicopot dari bahunya, Herlambang ganti haluan dan meluncurkan rencana baru. Ia memilih karir sebagai pedagang ayam. "Dengan cara ini, saya menghindar dari dengki dan iri yang amat kental mewarnai pergantian rezim. Sebab, siapa yang peduli kepada seorang tukang ayam?" ujarnya.

Pilihan itu sangat radikal karena Herlambang pernah memegang sejumlah jabatan penting dalam jajaran Angkatan Udara Republik Indonesia. Ia pernah menjadi Direktur Operasi Markas Besar AURI (1962-1965), perwira staf udara Markas Besar Angkatan Udara dan Wakil Ketua Komando Operasi Tertinggi atau Koti (1962-1963), Deputi Operasi Menteri (1963-1964), Menteri Negara Diperbantukan pada Presiden dan Ketua Koti (1964-1965), serta Menteri/Panglima Angkatan Udara RI (1965-1966). Pada 1 April 1967, ia diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun.

Ia lantas memanfaatkan halaman rumah dinasnya di Jalan Iskandarsyah, Jakarta Selatan, untuk eksperimen peternakan ayam petelur dan ayam potong. Sukses di sini, ia melebarkan usaha dengan mengageni penjualan pesawat terbang serta terjun ke bidang angkutan udara, jasa konsultasi di bidang penerbangan, dan perkebunan kelapa sawit.

Ketika pecah peristiwa G30S-PKI, Herlambang sebenarnya tidak lagi aktif di lingkungan AURI. Kendati demikian, ia mampu mencegah pertikaian berdarah antarpasukan di Pangkalan Udara Halim pada 2 Oktober 1965. Merintis karir militer sejak remaja-awalnya menjadi anggota Tentara Pelajar di Solo (1948-1950)-Herlambang dikirim ke Amerika Serikat untuk menjadi kadet penerbang AURI (1950-1951). Marsekal yang pernah menjadi instruktur penerbang Komando Operasi AURI (1954-1956) ini menerbangkan pesawat kepresidenan RI selama dua tahun (1956-1958).

Ayah Herlambang adalah guru sekolah di Banyubiru, Ambarawa, Jawa Tengah. Lahir di Solo, 9 November 1930, sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara buah perkawinan Siswosudarmo dan Murtinah, selepas SMA di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…