Des Alwi: "pendekatan Kita Salah Dalam Merebut Tim-tim"
Edisi: 22/28 / Tanggal : 1999-08-08 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : Arjanto, Dwi , Kleden, Hermien Y. ,
SEKITAR dua ribu manusia menjebol pintu gerbang besi Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, sembari menjerit marah. Gelombang manusia itu kemudian merangsek ke arah dermaga dan meluluhlantakkan apa yang terjangkau tangan dan kaki. Wajah-wajah beringas itu lalu bergerak menuju sebuah mobil Panther berwarna biru muda dengan empat penumpang yang sedang parkir di pelabuhan. Parang, tongkat, dan trisula siap dihantamkan ke kaca mobil.
Namun, hanya sesaat sebelum kendaraan itu remuk dalam amuk amarah, seorang pria berperawakan tinggi besar meloncat ke luar dari mobil. "Tahan, tahan," ujarnya sembari beristigfar. "Saya Des Alwi," ujarnya. Adegan selanjutnya di dermaga pelabuhan Ambon, Senin pekan silam itu, mirip suasana antiklimaks dalam film action: lapisan terdepan dari massa itu tiba-tiba tersentak. "Astagfirulah! Ini Bapa Des?" Beberapa pemuda kemudian mengusung dan mengawalnya ke dalam Kapal Bukit Siguntang yang sedang merapat di dermaga pelabuhan.
Tentu saja, mereka yang mengenal Des jauh lebih banyak dari sekadar massa yang mengamuk di pelabuhan tadi. Namanya menjadi buah bibir di Kepulauan Bandaneira-sebuah gugusan pulau, berjarak 7 jam perjalanan kapal dari Ambon. Sedangkan di Kota Ambon, dari gubernur hingga tukang perahu mengenal namanya. Pergaulan Des memang jauh melampaui batas-batas Bandaneira. Di tingkat nasional, namanya ada bersama perjalanan sejarah. Ia bukan intelektual hebat, bukan diplomat besar, bukan orang dengan jabatan penting dalam kabinet. Ia lebih tepat dilukiskan sebagai seorang yang dilahirkan sebagai liaison officer dan juru lobi yang mahir.
Sejak remaja, ia mampu membuka hebat kontak-kontak sulit tempat Indonesia punya kepentingan. Ia ada di London pada masa awal Republik, membantu membuka lobi untuk kantor perwakilan Indonesia. Ia juga ada di Malaysia ketika Indonesia membereskan hubungan selepas konfrontasi pada 1965. Ia yang berangkat ke Filipina ketika Cory baru menjadi presiden, karena Ninoy dan Cory serta Fidel Ramos adalah teman lamanya. Des tidak memantangkan pendekatan formal. Tapi ia mudah meluluhkan hati pihak lawan dengan cara-cara informal. Lantai dansa, ruang pesta, tempat memancing, kantor berita, kafe dan restoran, lobi hotel, serta kediaman diplomat adalah tempat Des membuka kontak.
Des Alwi Abubakar lahir di Bandaneira, 17 November 1927. Ia anak kedua dari enam bersaudara pasangan Haliyah Baadila dan Alwi Abubakar. Orang tuanya keturunan raja setempat. Pada usia 8 tahun ia bertemu dengan Bung Hatta dan Bung Sjahrir tatkala tuan-tuan itu dibuang Belanda ke Bandaneira. Pertemuan itu praktis menentukan seluruh jalan hidup Des.
Ia diangkat anak oleh Hatta dan Sjahrir dan berkembang di tangan mereka. Sejak kanak-kanak, ia membaca buku milik Sjahrir seperti Till Eulenspiegel dan Don Quixote. Ia menjadi penunjuk jalan mereka, memutarkan pelat-pelat musik klasik Sjahrir, memasakkan makanan untuk kedua bung itu setiap hari. "Dari Sjahrir saya mendapatkan nasionalisme, dari Hatta memperoleh didikan keras untuk menjadi manusia yang berdisiplin dan bertata krama," ujarnya.
Pendidikan formal Des berawal pada 1935 di Europese Laghe School di Bandaneira. Pada 1942 ia belajar di IVEVO-SMT, sebuah sekolah teknik Belanda di Jakarta. Pria yang dikenal sebagai kolektor film dokumentasi sejarah ini kemudian meneruskan studi di British Institute of Technology, London, pada 1947-1950. Selama di London, ia turut membantu dibukanya kantor perwakilan Indonesia di 16 Rutland Gate, Knights Bridge, Kensington. Dari Inggris ia pindah ke Belanda. Sembari bekerja, ia belajar di Philips NSF Advanced School, Hilversum.
Ia sempat bekerja di bidang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…