Sawito Kartowibowo: "saya Dituduh Mau Jadi Presiden Karena Wangsit"

Edisi: 21/28 / Tanggal : 1999-08-01 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : Budiarso, Edy , Kleden, Hermien Y. ,


SETELAH meletus Gerakan Malari (singkatan dari Lima Belas Januari) 1974, yang sempat mengguncangkan pemerintahan Soeharto, situasi politik di Indonesia datar-datar saja, sampai September 1976, ketika nama Sawito Kartowibowo mencuat tiba-tiba. Tidak ada demo, pembakaran, dan penangkapan seperti yang terjadi sewaktu Malari, tapi pers mewartakan pemunculan Sawito secara besar-besaran. Pria dengan muka lancip dan perawakan kurus ini diberitakan mengklaim dirinya sebagai "calon presiden" Republik Indonesia. Siapakah Sawito? Apakah dia memang hebat sehingga berani "menyaingi" Soeharto, yang saat itu sedang mempersiapkan diri--menjelang Pemilu 1977--untuk masa jabatan kedua?

Sawito lahir di Blitar, 20 Maret 1932, sebagai anak kesembilan dari 13 bersaudara dari pasangan Raden Soepari Kartowibowo dan Kidat. Ia lulus SMA Pertanian di Malang, Jawa Timur, lalu bekerja sebagai pegawai pertanian di Palembang. Di kota inilah Sawito berkenalan dengan Bung Hatta. Pada 1954 ia turut dalam rombongan yang mengantarkan sang Wakil Presiden keliling Sumatra Selatan.

Menantu R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo--Kapolri pertama--ini kemudian mendapat promosi pendidikan ke Akademi Penelitian Pertanian. Selepas studi pada 1958, ia kembali ke Departemen Pertanian dan berdinas di berbagai kota: Banjarmasin, Medan, Padang, Makassar, dan Departemen Pertanian di Jakarta. Terakhir ia menjabat Direktur Riset Lembaga Penelitian Tanaman Keras/Tanaman Industri Bogor (1962-1976). Beberapa tahun sebelum ditangkap, ia kembali aktif dalam kegiatan politik praktis, yang sudah dimulainya sejak mahasiswa. Ia menjadi "sopir" sekaligus penghubung dalam pertemuan-pertemuan politik yang diselenggarakan mertuanya, bersama Bung Hatta, Jenderal Ishak Djoearsa, dan beberapa jenderal Angkatan '45.

Ketika kelompok ini menelurkan dokumen "Menuju Keselamatan" pada Juli 1976, tanda tangan Sawitolah yang tercantum paling atas. Dokumen ini dirancang sebagai panduan moral bagi bangsa, yang saat itu dinilai sudah mulai bobrok. Kelompok ini kemudian memprakarsai sebuah surat pelimpahan kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada Bung Hatta. Selanjutnya, Bung Hatta memanggil MPR untuk memilih presiden baru. Pada 14 September 1976--dua hari sebelum konsep pelimpahan kekuasaan ini diserahkan ke Pak Harto--Sawito ditangkap. Ia dituduh menjadi otak sebuah gerakan makar.

Media massa ramai memberitakan kasus ini lengkap dengan bumbu cerita soal wangsit dan wahyu yang diperoleh Sawito di Gunung Muria. Presiden Soeharto, secara tak langsung, ikut memopulerkan Sawito melalui pidatonya pada 5 Oktober 1976, yang menyebut kegiatan ini sebagai "Gerakan Sawito". Sawito dihukum tujuh tahun penjara dan dibebaskan pada 1984. Sejak itu, mantan suami Nugraha Ningsih Manarulbi ini seperti tenggelam ke dalam bumi. Ketika ditemui Edy Budiarsa dan Hermien Y. Kleden dari TEMPO, dua pekan lalu, Sawito tampak sedikit lebih gemuk. Ia melewati usia senjanya di sebuah rumah sederhana di Bogor; kegiatannya meneliti, menulis, memberikan konsultasi pertanian, dan sesekali membantu teman yang terkena perkara di pengadilan secara cuma-cuma.

Berikut petikan wawancara pertama Sawito sejak keluar dari penjara.

Bagaimana latar belakang Gerakan Sawito yang dilansir Menteri Sekretaris Negara Sudharmono pada 22 September 1976?

Yang memimpin gerakan itu sebetulnya Bung Hatta. (Meutia Hatta dan Sri Edi Swasono membantah dan menegaskan bahwa Bung Hatta tidak pernah berkomplot dengan orang bawah tanah--Red.) Beliau ingin mengadakan perubahan. Langkah ini dilatarbelakangi Pernyataan Bersama Presiden Soekarno dan Muhammad Hatta pada 14 September 1957, yang intinya adalah melaksanakan Pancasila dan UUD '45 dalam keadaan apa pun.

Yang memimpin Bung Hatta, tapi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…