Selo Soemardjan: "kalau Mahasiswa Bergerak, Saya Ikut..."
Edisi: 18/28 / Tanggal : 1999-07-11 / Halaman : 34 / Rubrik : WAW / Penulis : Cahyani, Dewi Rina
USIA senja telah membuat keriput kulitnya dan memutih perak rambutnya. Tapi itu tak mencegah sosiolog dan pemikir Selo Soemardjan tergoda ikut dalam pusaran perubahan negerinya. Dia berada di tengah arus gerakan mahasiswa Universitas Indonesia-salah satu peserta aktif Gerakan Reformasi Mei 1998 yang menurunkan Soeharto.
Kakek kelahiran Yogyakarta, 23 Mei 1915, itu berdarah ningrat. Ayahnya, Raden Ngabehi Sastrodjemiki, adalah juru tulis di Kesultanan Yogyakarta. Setelah ayahnya meninggal, Soemardjan, begitu nama aslinya, diasuh oleh Raden Tumenggung Padmonegoro, pejabat tinggi di Kesultanan Yogyakarta. Imbuhan nama Selo didapatnya dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Setelah lulus dari hollands javaansche school (HJS) di Yogyakarta, Selo melanjutkan pendidikannya di meer uitgebreid lager onderwijs (MULO) di Kota Gudeg itu. Belakangan, atas permintaan kakeknya, yang mengharapkannya menjadi pamong praja, Selo pindah ke candidaat inslandsche bestuurs ambtenaren (CIBA), sekolah pendidikan calon pamong praja, di Madiun, lalu pindah lagi ke sekolah yang sama di Yogyakarta.
Setamat dari CIBA pada 1931, Selo mendaftarkan diri di algemeene middelbare school (AMS), setingkat sekolah menengah umum. Lagi-lagi, oleh kakeknya, Selo dipindahkan ke middelberg opleiding school voor inlandsche ambtenaren (MOSVIA), sekolah pendidikan menengah bagi calon pamong praja, sampai lulus. Setelah itu, Selo hijrah ke Jakarta untuk meneruskan sekolah di Rechtshogeschool. Belum tuntas dari sekolah tinggi hukum itu, Selo ditarik oleh kakeknya kembali ke Yogya untuk magang menjadi pamong praja pada Bupati Gunungkidul.
Masa-masa selanjutnya dihabiskan Selo untuk mengabdi kepada Kesultanan Yogyakarta-berkat kesetiaannya, ia memperoleh gelar Kanjeng Pangeran Haryo Selo Soemardjan. Karir Selo terus menanjak hingga dia menjadi tangan kanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Bintangnya kian cemerlang seiring dengan pamor Sri Sultan yang makin berperan di pentas politik nasional.
Saat Sri Sultan menjadi wakil perdana menteri Kabinet Mohammad Natsir, Selo dipercayai menjadi sekretaris wakil perdana menteri (1950-1951). Juga ketika Sultan menjadi wakil presiden pada 1973-1978, ia menjadi sekretaris wakil presiden. Setelah Sultan lengser dari jabatan kenegaraan, Selo menjadi asisten bidang kesejahteraan rakyat, 1978-1983, lalu menjadi staf ahli wakil presiden RI pada 1983-1988.
Sibuk sebagai tangan kanan Sultan, Selo tidak menelantarkan karir pendidikannya. Dia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang sosiologi di Graduate School of Arts and Science, Cornell University. Sepulangnya dari Amerika, Selo, Prof. Miriam Budiardjo, dan Prof. T. Omas Ihromi mendirikan jurusan sosiologi di Universitas Indonesia.
Menikah dengan Rr. Suleki Brotoatmodjo, Selo dikaruniai enam anak dan 16 cucu. Kini orang Yogya ini masih aktif sebagai dosen luar…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…