Wawancara Suhario 'Hario Kecik' Padmodiwiryo: "Tahun Depan, Dwifungsi TNI Sudah Harus Dihapus"

Edisi: 43/28 / Tanggal : 2000-01-02 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


PERTEMPURAN Surabaya, itulah satu judul lukisan karya Suhario Padmodiwiryo- lebih populer dengan nama Hario Kecik. Lukisan yang dibuat pada 1985 itu bukan semata-mata rekaan imajinasi. Sang pelukis sendiri terjun di pertempuran itu, 40 tahun sebelumnya tatkala Surabaya membara dalam perang kota sepanjang tiga pekan, pada November 1945. Selain lukisan, pertempuran Surabaya mewariskan sebuah kenangan lain bagi Hario Kecik: sebelah kupingnya disambar pecahan mortir dan meninggalkan bekas luka sampai hari ini.

Kini berusia 79 tahun, hidup Hario Kecik agaknya tersusun dari kisah-kisah pertempuran. Dari Surabaya hingga perang gerilya di Gunung Kawi Selatan, dari pergolakan Maluku Utara hingga menggasak tentara Inggris di Kalimantan-saat konfrontasi melawan Malaysia pada paruh pertama era 1960. Di tengah-tengah pertempuran itu, Hario acap kali harus melakukan pekerjaan ganda: bertempur dan merawat korban. Sebab, selain tentara, ia seorang dokter, bahkan juga piawai melukis dan menulis.

Hario memang menaruh minat pada banyak hal: arkeologi, sejarah, geografi, budaya, dan sains. Ketika mendarat di Kalimantan Timur pada 1954, ia begitu terkesan pada keluasan dan kekayaan Pulau Borneo. Sampai-sampai, Hario, sang tentara, menuliskan potongan syair puisi filsuf Thomas Moore untuk melukiskan perasannya: "....Nothing is lost on him on sees. With an eye that feeling gave. For him there is a story in every breeze. And a picture in every wave...." Catatan ini kemudian muncul dalam Memoar Hario Kecik, yang terbit pada 1995.

Hario Kecik berasal dari sebuah keluarga priayi menengah di Surabaya. Di kota itu, ia menyelesaikan pendidikannya sembari menggalang kekuatan bersama para pemuda pejuang dalam revolusi fisik. Studinya sukses: ia berhasil menjadi dokter. Namun, seluruh hidupnya praktis ia sumbangkan kepada dunia militer. Ia mengembangkan karir sebagai tentara, dan pangkatnya terakhir adalah mayor jenderal (1962).

Selain itu, masih ada keistimewaan lain. Ayah enam anak ini termasuk beruntung karena sempat menuntut ilmu di negara-negara yang saling bermusuhan di era perang dingin. Mula-mula ia belajar di Sekolah Infanteri Fort Benning (1956-1958), Amerika Serikat. Enam tahun kemudian, ia berangkat ke Moskow. Kali ini ia masuk Sekolah Militer Suworov, lalu memperdalam beberapa disiplin ilmu di Academy of Science. Apa lacur, kepergian ke ibu kota Uni Soviet itu ternyata menjadi jauh lebih panjang dari rencana semula.

Ketika Bung Karno jatuh pada 1965, Hario Kecik, ikut "jatuh". Ia dituduh berhaluan kiri, dicekal masuk ke Indonesia oleh rezim Soeharto. Meskipun demikian, ia nekat juga pulang pada 1977. Hasilnya? Dari Bandara Halim Perdanakusuma, ia langsung dibawa ke Rumah Tahanan Militer di Jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Ia dibui di tempat itu selama empat tahun-tanpa pernah mengalami proses pengadilan.

Kehidupan penjara tidak menghilangkan kegairahan hidup Hario Kecik. Ia melewatkan sisa hari tuanya di sebuah rumah di kawasan Kranji, Bekasi. Di sana, Hario melukis, membaca, dan menulis skenario-kegiatan yang rutin dilakukannya sejak kembali ke Tanah Air. Di rumah yang dihiasi lima lukisan karyanya, Hario Kecik menerima wartawan TEMPO, Dwi Arjanto dan Robin Ong, untuk sebuah wawancara khusus, pekan lalu.

Petikannya:

Anda berpangkat kolonel-dalam usia 25 tahun-di pertempuran Surabaya, November 1945. Kok, bisa jadi kolonel pada usia semuda itu?

Waktu itu saya jadi Wakil Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pangkatnya kolonel, tapi pangkat itu saya karang sendiri.

Lalu, kenapa memilih pangkat kolonel?

Karena rendah diri, ha-ha-ha.... Teman saya malah ada yang mengarang pangkatnya mayor jenderal. Beberapa minggu kemudian, ada perintah semua pangkat diturunkan. Malu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…