Setelah Kekerasan

Edisi: 07/27 / Tanggal : 1998-11-23 / Halaman : 15 / Rubrik : OPI / Penulis : , ,


SETIAP pahlawan bercerita tentang inspirasi, tapi juga sebuah tragedi. Anak-anak muda pemberani yang gugur di Kampus Atmajaya pekan lalu itu bisa berkisah tentang sejarah yang sedang dibuat dan sejarah yang sedang disia-siakan. Yang sedang dibuat adalah riwayat Indonesia yang berubah dengan harapan untuk menjadi lebih demokratis. Yang disia-siakan -- dan itulah tragedi Indonesia -- adalah sebuah kesempatan untuk membangun Indonesia tanpa kekerasan, tanpa lebih banyak luka, dan dengan arah yang lebih jelas.

Dari gejolak dan kekerasan di pekan lalu itu, kini kita dihadapkan kepada pertanyaan besar: what next? Apa setelah ini? Jawaban pertanyaan mudah diberikan, tapi tak mudah didengarkan. Sebab yang seharusnya mendengarkan saling terpisah, bahkan terpecah. Saling curiga, bahkan saling bermusuhan.

Betapapun juga, baiklah di sini dicoba ditawarkan sebuah otokritik untuk siapa saja. Setelah Soeharto jatuh, Indonesia tetap saja belum punya sebuah kekuatan politik alternatif yang bisa mengambil alih kekuasaan dan membuka jalan ke demokrasi. Itulah juga tragedinya. Apa yang terjadi di Afrika Selatan tak kejadian di sini. Di sana ada sebuah organisasi politik yang sudah lebih dari setengah abad yang lalu dibangun, ANC, dan secara sistematis bahkan mampu melakukan operasi militer dan gerakan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Transparansi Bujet Informan
2007-11-18

Menjadikan teroris sebagai informan harus disertai aturan jelas. perlu pengawasan anggaran yang ketat.

K
Kisruh Tabung Gas Pertamina
2007-11-18

Pemerintah akhirnya menyetujui impor tabung gas. program konversi energi tak bisa ditunda.

S
Singkirkan Makelar Sumur Minyak
2007-11-25

Harga minyak meroket, investor pun datang berebut. bagi yang mangkir, penalti harus dijatuhkan.