Mohammad Sadli: "pertamina Adalah Sapi Perah Presiden"
Edisi: 07/28 / Tanggal : 1999-04-26 / Halaman : 34 / Rubrik : WAW / Penulis : Jufri, Fikri , Setiyardi, Dharmasaputra, Karaniya
EKONOM Indonesia yang cemerlang dan rendah hati. Begitulah Thee Kian Wie, ekonom juga, pernah menjuluki tokoh satu ini. Jikapun tak sependapat, orang tetap mengenal Sadli sebagai ekonom yang punya kaliber tersendiri. Ia lulus dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (1953), meraih doktor di Universitas Indonesia, memperoleh master dari Massachusetts Institute of Technology, dan pernah menimba ilmu di University of California, Berkeley (1957), dan Harvard University (1964). Dua belas tahun silam, dia memperoleh anugerah Bintang Tanda Jasa Harta Suci Agung (The Grand Cordon of the Order of Sacred Treasure) dari pemerintah Jepang karena pengabdian dan jasanya meningkatkan persahabatan dan hubungan, terutama di bidang ekonomi, antara Indonesia dan Jepang.
Di lingkaran pemerintahan, Sadli mulai hitungan ketika ditarik menjadi anggota tim penasihat ekonomi presiden dan sebagai Kepala Tim Teknis Penanaman Modal Asing (PMA) pada masa awal Soeharto berkuasa, lalu Menteri Tenaga Kerja (1971-1973), Menteri Pertambangan dan Energi (1973-1978) dalam Kabinet Pembangunan II.
Boleh dikata, Sadli juga arsitek ekonomi Orde Baru, bersama dengan "Mafia Berkeley" lainnya: Widjojo Nitisastro, Emil Salim, Soebroto, dan Ali Wardhana. "Radius Prawiro baru menyusul belakangan," tuturnya. Toh kritiknya selalu terdengar, vokal dan berimbang. Ia bisa memaki Soeharto, tapi juga tak ragu memujinya.
Dalam usia ketika banyak orang sebayanya sudah tergolek lemah, Sadli masih sempat terbang ke sana-kemari dari satu seminar ke seminar lain. Ia juga menulis secara teratur di buletin ekonomi Business News, harian Kompas, dan majalah ini. Laki-laki kelahiran Sumedang, 10 Juni 1922 ini bahkan masih terlihat sehat dan segar meski sudah setahun malas lari pagi. "Saya dewan komisaris di International Nickel, sepatu Bata, dan perusahaan yang memproduksi Viagra itu," kata suami Saparinah Sadli, psikolog ternama dari Universitas Indonesia ini.
Sadli tampak bersahaja dengan batik hijau Solo lengan pendek ketika menerima wartawan TEMPO di rumahnya yang asri, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu pekan lalu. Percakapan berlangsung santai dalam suasana penuh keakraban dan keterbukaan, seperti layaknya seorang kawan lama, diselingi suguhan kolak pisang. "Pemilu 7 Juni nanti saya tidak tahu mau menusuk apa. Mungkin nanti saya pergi ke luar negeri sajalah," katanya kepada Fikri Jufri, Setiyardi, Karaniya Dharmasaputra, dan fotografer Rully Kesuma dari TEMPO. Berikut ini petikannya.
Anda pernah jadi menteri pertambangan dan energi, bisa cerita soal Pertamina?
Ketika saya mengurus Pertamina pada 1973-1978, Tommy (Hutomo Mandala Putra) baru sebesar ini (tangannya menggambarkan tinggi seorang anak kecil). Putra-putri Presidenlah yang belakangan menjadikan Pertamina sapi perahan. Tapi dari dulu sudah ada benalu-benalu lain, yaitu Ibnu Sutowo dan ajudan-ajudannya. Permainannya sama saja, pembelian dengan mark up yang gila-gilaan. Pembelian barang atau komponen tertentu seenaknya saja, tidak ada tender dan tidak dicek, tidak ada inventory control dan inventory management. Menurut sejarahnya, Pertamina itu jelek sejak permulaan.
Sejelek apa?
Keuangan Pertamina sangat kacau. Tidak ada pencatatan yang jelas. Lantas saya mencari perusahaan akuntansi asing, yang digaji besar sekali, untuk memperbaiki keuangan Pertamina. Sayangnya, pekerjaan itu tidak kunjung selesai, padahal mereka sudah bekerja selama sepuluh tahun. Sebabnya, pihak administrasi Pertamina tidak mau membantu kerja mereka. Jelas, ada vested of interest di sana. Orang asingnya juga begitu. Mereka pikir, daripada mereka kehilangan kontrak, lebih baik melakukan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…