Munir, Seorang "Ayah" bagi Si Anak Hilang

Edisi: 11/27 / Tanggal : 1998-12-21 / Halaman : 30 / Rubrik : WAW / Penulis : Chudori, Leila S. , Pudjiarti, Hani ,


MUNIR lahir sebagai seorang ayah. Bukan hanya ayah bagi Sultan
Alis Allende, bayinya yang baru berusia tujuh bulan hasil
pernikahannya dengan Suciwati, tapi juga "ayah" bagi para
aktivis yang hilang karena diculik. Dan sang "ayah"--serta
kelompok yang dipimpinnya, yang bernama Komite untuk Orang
Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)--tentu saja layak
diganjar Yap Thian Hien Award, pekan lalu, dari Yayasan Pusat
Hak Asasi Manusia untuk upayanya memperjuangkan hak asasi
manusia di Indonesia, terutama dalam soal tindak kekerasan dan
penculikan. Tapi penghargaan dengan berbagai efek finansial dan
prestise itu bukanlah suatu hal yang memuaskan batin aktivis
ini. "Saya lebih puas melihat anak-anak yang hilang itu kembali
ke pelukan keluarganya," tuturnya suatu sore yang basah tersiram
hujan di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH), tempat Kontras
"menumpang" berkantor.

Lahir di Malang, 8 Desember 1965, dari pasangan Said dan
Jamilah, Munir tampaknya sebuah contoh klasik anak yang
"menyimpang" dari tradisi keluarga yang berniaga. Di masa
kecilnya, bersama kakak-kakaknya, Munir ikut berjualan kain,
sepatu, serta barang elektronik. Kegiatan itu baru dihentikan
ketika Munir memasuki tahun ketiga di Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, Malang. Sejak saat itulah Munir terlibat dalam
berbagai kegiatan kampus, yang kemudian membawanya kepada
aktivitas advokasi di LBH Malang pada 1991.

Dari aktivitasnya mengurus buruh hingga terlibat dalam
memperjuangkan nasib Marsinah, akhirnya Munir "berlabuh" dalam
kasus orang yang hilang. "Saya mulai memperhatikan masalah orang
hilang sejak bulan Desember 1992," Munir berkisah. Pada 26
Desember 1992, Munir mendapat laporan, salah satu buruh yang
juga kawannya tertangkap, hilang diculik selama tiga hari.
Tujuan penculikan ini adalah untuk mengetahui seluk-beluk dan
kegiatan Munir sebagai aktivis buruh. "Ia sempat dicabuli dan
disiksa aparat," tutur Munir dengan nada getir. Sejak saat
itulah Munir berkonsentrasi memperjuangkan nasib orang yang
hilang. Tentu saja, di masa Orde Baru, istilah yang sering
digunakan aparat adalah "diamankan". "Kamilah yang pertama kali
menyebutnya sebagai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…