Mohammad Amien Rais: 'koalisi Megawati Dan Saya Lebih Realistis'
Edisi: 14/27 / Tanggal : 1999-01-11 / Halaman : 26 / Rubrik : WAW / Penulis : Chudori, Leila S. , Hermawan, Hardy R.
SUATU hari Minggu yang dini. Matahari belum siap "bertugas" dan tampak masih malas membangunkan warga Jakarta yang nyenyak didera kelelahan. Tapi Amien Rais telah sibuk merogoh kantong untuk mencari kunci dan membuka pintu kantornya di Jalan Menteng Raya 62. Ia melirik arlojinya dan meminta maaf karena memberikan waktu wawancara sedini itu kepada wartawan Tempo. Pagi itu, ya sepagi itu, jadwal Amien memang luar biasa padat. Dia sudah ditunggu oleh kelompok Walubi yang ingin bersilaturahmi di kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah itu. Kemudian, Amien siap terbang ke Yogyakarta. Secara otomatis, ia memilih sebuah kursi yang diapit oleh dua bendera: bendera Merah Putih dan Muhammadiyah, disaksikan lukisan K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Secara otomatis pula dia menjawab pertanyaan-pertanyaan Tempo dengan jawaban yang cerdas, lancar, dan komprehensif.
Meski Partai Amanat Nasional (PAN) mempunyai departemen hubungan masyarakat (humas), agaknya sang Ketua telah melakukan pekerjaan itu dengan baik karena Amien bisa berbicara tentang PAN tanpa mengesankan sebuah propaganda yang menjengkelkan. Bahkan, ia mengakui dengan rendah hati kemampuan finansial PAN yang terbatas, sehingga, "PAN belum seperti Majalah Tempo, yang sudah bisa melakukan jajak pendapat. Namun, kami mempunyai rencana untuk bikin polling agar tahu kekuatan PAN," ujarnya bergurau ketika ditanya mengapa partainya tidak melakukan sebuah jajak pendapat.
Seandainya benar ia akan menjadi Presiden RI keempat, Indonesia--untuk pertama kalinya--akan memiliki seorang presiden yang sangat fasih berbicara dan cerdas menghadapi publik. Tentu bukan hanya itu modal Amien ketika untuk pertama kalinya ia menyentak Indonesia dengan pernyataan kesediaan dicalonkan sebagai Presiden Indonesia tahun 1998-2003, saat ia didaulat dalam diskusi di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), September 1997. Selain ia juga seorang cendekiawan, ia seorang pemimpin umat yang memiliki akar yang mengaku pernah "berguru" kepada Mohammad Natsir--pendiri dan ketua Partai Masyumi yang terakhir.
Lahir di Solo, 26 April 1944, Amien Rais mengaku semula bercita-cita menjadi wali kota. Adalah ibunya yang menginginkan dia menjadi kiai. Ternyata, setelah menyusuri pendidikan dasar dan menengahnya di Muhammadiyah Solo dan kuliah di Fisipol Universitas Gadjah Mada, Amien lebih dikenal sebagai ahli politik Timur Tengah karena tesis doktornya di Universitas Chicago melakukan studi tentang The Moslem Brotherhood in Egypt. Bersama Nurcholish Madjid dan Syafi`i Ma`arif (kini Ketua Umum PP Muhammadiyah), Amien menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Chicago. Ini sebuah fenomena baru bagi kalangan muda Islam waktu itu, yang biasanya mengambil pendidikan di lembaga tradisional semacam pesantren atau di kampus negara-negara Timur Tengah. Pada saat itu, ceramahnya kerap menghantam rezim pemerintahan ketika itu, yang menurut dia sangat tidak bersahabat dengan dunia Islam.
Setelah menjadi pengkritik pemerintah yang cukup tajam, Amien memasuki fase "bulan madu" dengan rezim. Pada 1990, kala ICMI berdiri, pria ini duduk sebagai ketua dewan pakar, yang menjadikannya dekat dengan Ketua Umum ICMI dan Menteri Negara Riset dan Teknologi saat itu, B.J. Habibie. Tapi "bulan madu" itu tidak menghalanginya untuk bersuara lantang. Pada 1993, kala Sidang Tanwir Muhammadiyah, dosen Hubungan Internasional UGM itu kembali menembus tabu politik di Indonesia. Gagasannya tentang suksesi mengentakkan publik karena ia melontarkannya ketika Soeharto, presiden saat itu, masih memiliki daya cengkeram yang luar biasa kukuh.
Sewaktu kemudian terpilih menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, kevokalan Amien tak lantas berhenti--tak hanya soal politik, tapi juga ke masalah ekonomi dan pembagian rezeki nasional. Kasus Chandra Asri, Busang, dan Freeport menjadi sorotan yang membuat para penguasa tak nyaman. Hasilnya adalah sebuah kenyataan: Amien Rais terpental dari jabatan Ketua Dewan Pakar ICMI.
Ketika gerakan reformasi mencapai puncaknya Mei lalu, gedung ini sarat dengan hilir-mudiknya para aktivis gerakan prodemokrasi. Terutama di ruang kantornya di lantai dua, Amien Rais kerap menerima kedatangan kawan seperjuangan. Ada yang berkunjung untuk berkonsultasi tentang pola gerakan yang akan dipilih, ada yang menyampaikan satu-dua patah informasi, dan ada yang menunjukkan dukungan kepada gerakan yang dipimpinnya. Tak kurang dari tokoh seperti Nurcholish Madjid, Malik Fadjar, dan Albert Hasibuan datang berkunjung ke tempat itu. Semua dengan satu tema: menjatuhkan Soeharto. Berbagai konferensi pers di gelar di tempat itu. Salah satunya adalah tentang pembentukan Mara, Majelis Amanat Rakyat, yang menjadi cikal-bakal pembentukan PAN. Rapat akbar yang digagasnya 20 Mei 1998 lalu memang gagal, tercegah oleh sisa ambisi Soeharto. Tapi, 24 jam kemudian, penguasa Indonesia selama 32 tahun itu tumbang. Dan Amien menjadi simbol kemenangan reformasi. Kini, setelah mendirikan sebuah partai inklusif dan majemuk bernama PAN, Amien memulai sebuah fase baru dalam perjalanan politiknya. Dalam Rapat Kerja Nasional PAN di Bandung, Desember silam, salah satu keputusan yang dikeluarkan adalah PAN resmi mencalonkan Amien Rais sebagai presiden. Mungkinkah ia menang dalam pemilu, melihat dukungan terhadap PDI dan Megawati begitu kuat?
Dalam dua kali pertemuan--karena kesibukannya yang makin bertambah--Amien menjawab pertanyaan Leila S. Chudori dan Hardy R. Hermawan dari TEMPO. Berikut ini petikan wawancaranya.
Apa tanggapan Anda tentang manuver Gus Dur yang mendatangi mantan presiden dan menawarkan dialog nasional?
Saya tidak setuju dengan manuver Abdurrahman Wahid, yang mendatangi Soeharto dan menawarkan dialog nasional. Bagi saya, itu ada substansi untuk membawa kembali Soeharto ke pentas politik nasional. Itu berbahaya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…