James T. Riady: 'Jangan Mengingkari Adanya Kelemahan Dalam Pemerintahan Indonesia'

Edisi: 13/27 / Tanggal : 1999-01-04 / Halaman : 29 / Rubrik : WAW / Penulis :


DIA seorang konglomerat yang memiliki "kerajaan" di Karawaci. Bisnisnya merambah dari perbankan, keuangan, properti, industri, hingga retail. Dia juga seorang ayah dari tiga anak hasil perkawinannya dengan wanita jelita bernama Aylin. Tapi tiba-tiba saja masyarakat dunia mengenalnya pada 1996 ketika tiba-tiba saja wajahnya terpampang di berbagai media cetak dan elektronik sedunia bersama Presiden AS Bill Clinton. Dan tiba-tiba saja istilah Riady gate menjadi sebuah kosakata baru--terutama untuk media AS.

James Tjahaja Riady adalah putra keempat dari enam bersaudara dari taipan tersohor Mochtar Riady. James memang berkawan dengan Bill Clinton jauh sebelum Clinton menjabat sebagai orang nomor satu AS. Karena itu, ketika pertengahan Oktober dua tahun silam James disebut-sebut sebagai salah satu warga Indonesia--di antara nama-nama lain--yang menyumbangkan sejumlah US$ 200 ribu untuk dana kampanye Clinton untuk pemilihan Presiden AS tahun 1992, tentu saja ia menjadi "buruan" pers yang ingin mengetahui latar belakang kisah itu.

Lahir di Jakarta, 7 Januari 1957, James lebih banyak mendapatkan pendidikannya di mancanegara. James menyelesaikan pendidikan menengahnya hingga perguruan tinggi di Melbourne, Australia, sebelum mengikuti kursus perbankan internasional di Irving Trust Company dan Investment Bank, New York, AS. Mulai 1977, ia banyak berkecimpung di dunia perbankan di Australia, AS, dan Hong Kong, hingga akhirnya berlabuh sebagai staf di BCA, Jakarta. Pada 1986, barulah ia dipercaya menjadi Direktur Lippo Banking, salah satu perusahaan yang dipimpin ayahnya.

Sosok James menjadi unik--selain karena kisah Clinton--juga karena perannya di negeri ini. Dia mengaku tidak tertarik berkecimpung di dalam politik, tapi sesungguhnya dia sudah berada dalam lingkaran politik dalam arti yang luas. Selain tercatat sebagai anggota MPR Utusan Golongan, ia memiliki jabatan Duta Besar Utusan Khusus untuk Asia Pasifik. Ini adalah jabatan khusus dari Presiden B.J. Habibie, yang tugasnya, antara lain, menjelaskan persoalan yang tengah dihadapi Indonesia kepada pemimpin negara dan pengusaha di kawasan Asia Pasifik.

Setelah berkeliling, ia memberikan rekomendasi pada Presiden B.J. Habibie agar "proses reformasi dan perbaikan diri harus dilakukan. Harus kita akui bahwa di dalam negeri sendiri ada masalah yang harus dikoreksi," tutur James.

Pada saat James dan timnya dari Grup Lippo, antara lain Presiden Grup Lippo Roy E. Tirtadji, mengunjungi Kantor TEMPO, ia bersedia menjawab semua pertanyaan Tim Tempo. Sayang sekali, James tampak terlalu berhati-hati dalam menjawab, bahkan untuk pertanyaan yang terbilang netral. Ketika ia ditanyai perihal kasus Clinton, tentu saja karena kasus ini belum selesai di AS, wajar jika tema ini masih belum bisa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…