Abu Rusdan: Kehebatan Abu Dujana Hanyalah Imajinasi

Edisi: 06/36 / Tanggal : 2007-04-08 / Halaman : 46 / Rubrik : WAW / Penulis : Rosyid, Imron, ,


USTAD Thoriquddin alias Abu Rusdan tidak berada di Yogyakarta saat terjadi peristiwa yang menggegerkan Yogyakarta pada Selasa dua pekan lalu: lima tersangka teroris dibekuk polisi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dia mengaku tidak mengenal mereka. Mereka pun tidak menyebut namanya. Tak ada sangkut paut antara dia dan mereka. Dan yang dijunjung para tersangka sebagai pemimpin adalah Abu Dujana, petinggi Al-Jemaah al-Islamiyah (JI), organisasi yang oleh lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa dicap terlibat dalam jaringan terorisme dunia.

Nama Abu Dujana boleh jadi membuat sebagian orang terkenang kembali pada sosok Abu Rusdan, 47 tahun. Beberapa sumber majalah ini menyebutkan, Abu Dujana adalah Sekretaris Dewan Pimpinan (markaziah) Al-Jemaah. Dia mendampingi Thoriquddin alias Abu Rusdan yang menjabat Pelaksana Tugas Harian Amir (pemimpin) JI untuk membantu Amir JI, Abubakar Ba’asyir.

Lama tercatat dalam daftar hitam polisi, Abu Dujana dituduh terlibat perencanaan serangkaian pengeboman. Dia dituding mengatur pelarian Noor Din M. Top, warga Malaysia yang menjadi buron nomor wahid polisi antiteror.

Latar belakang pengangkatan Abu Rusdan di JI, menurut sumber Tempo, terjadi setelah Ba’asyir menduduki posisi Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Agustus 2000. Kesibukan sang Amir memimpin dua organisasi membuat markaziah merasa perlu mengangkat seorang Pelaksana Tugas Amir. ”Abu Rusdan terpilih dalam pemilihan langsung rapat markaziah di Bogor,” kata sumber Tempo tentang peristiwa April 2002.

Sumber yang sama menuturkan, Abu Rusdan memimpin setiap rapat markaziah, termasuk di Tawangmangu, Jawa Tengah, pada Oktober 2002. Namanya populer ketika polisi menangkapnya pada April 2003. Dia dituduh menyembunyikan Ali Ghufron alias Mukhlas, pelaku bom Bali I. Dia divonis penjara 3,5 tahun. Hukuman itu dia selesaikan dalam dua tahun.

”JI dan terorisme itu imajinasi belaka,” katanya ketika ditemui koresponden Tempo di Solo, Imron Rosyid dan fotografer Budi Purwanto, pada Kamis pekan lalu. Dia menjawab semua pertanyaan dalam satu wawancara sepanjang hampir empat jam. Perbincangan berlangsung di rumahnya yang sejuk di Prambatan Kidul, Kaliwungu, Kudus, Jawa Tengah. Sang ustad selalu mengambil jeda untuk mencari kata-kata yang tepat setiap hendak menjawab. Sesekali tangannya mengelus-elus jenggot hitamnya yang lebat sembari menyimak pertanyaan. Terkadang sahutannya samar-samar seperti ada…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…