Sarwono Kusumaatmadja: Sekarang Semuanya Karena Duit

Edisi: 16/36 / Tanggal : 2007-06-17 / Halaman : 90 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


DIA politisi yang telah berjalan jauh. Kini, pada zaman reformasi ini, Sarwono Kusumaatmadja, 64 tahun, merasakan pahitnya politik. ”Sekarang sudah nyata adanya ada oligarki partai yang punya interest untuk menguasai Ibu Kota demi kepentingan mereka,” katanya. Meski begitu, dia masih berjuang, maju sebagai calon independen Gubernur DKI Jakarta.

Bekas Sekretaris Jenderal Golkar ini awalnya merupakan satu dari enam calon luar yang ditimang-timang PDIP. Meski sempat mengantongi skor tertinggi dalam Rapat Kerja Khusus PDIP Jakarta, pertengahan Desember lalu, Dewi Fortuna belum berpihak kepadanya. Fauzi Bowo yang mendapat nilai terkecil justru melejit menjadi pilihan partai.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup itu pun melirik partai lain yang tertarik. Pinangan bersambut. PKB dan PAN tertarik, dan pendamping Sarwono pun disiapkan: Jeffrie Geovanie. Sebuah selebrasi meriah berlangsung pada Ahad 3 Juni silam di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, untuk mempopulerkan pasangan ini. Hiburan dangdut menggoyang siang, dan 20 telepon genggam ditebar sebagai hadiah kuis. ”Kita akan membangun Jakarta yang lebih baik,” ujar Sarwono di depan ribuan pendukungnya. Euforia itu hanya berlangsung satu hari. Keesokan harinya di kantor tim mereka di kawasan Simprug Golf, Sarwono mengeluarkan pernyataan mengejutkan. ”Kami berdua menyatakan mundur sebagai kandidat partai politik dan bertekad maju sebagai kandidat independen,” katanya.

Beberapa jam seusai sidang pleno pertama Mahkamah Konstitusi yang mengandaskan mimpinya untuk ”membangun Jakarta yang lebih baik”, Sarwono berkunjung ke kantor Tempo dan berbicara blak-blakan. Berikut petikannya:

Mengapa tertarik menjadi calon independen?

Sejak Irwandi (Yusuf, Gubernur NADRed.) menang. Hal itu luput dari pengamatan lembaga survei mana pun. Saya ambil konklusi: survei jajak pendapat tak bisa merekam jaringan, karena umumnya menggunakan random sampling (sampel acak). Sebelum itu, DPD juga pernah melakukan konferensi pers tentang calon independen, but nobody’s interested. Pada Maret 2006, beberapa teman bilang sebaiknya saya ikut pemilihan gubernur supaya ada eksekutor.

Langkah riilnya?

Pada bulan itu juga saya minta survei tentang kelayakan sebagai calon gubernur. Hasilnya, tempat teratas Rano Karno (21 persen) dan Andi Mallarangeng (19 persen). Setelah itu Agum Gumelar, saya, dan Fauzi Bowo dengan persentase yang tak jauh beda. Kemudian saya kontak beberapa partai. Saat itu yang sudah membuka diri terhadap calon dari luar partai baru PDIP. Mereka tertarik. Jadilah saya calon pertama, dan setelah itu diikuti Agum Gumelar, Faisal Basri, dan lainnya. Setiap calon diharuskan memperkenalkan diri sampai ke pengurus tingkat anak cabang. Jadi, kami keliling. Kadang dampingi Megawati, kadang Taufiq Kiemas.

Apa saja kewajiban calon setiap kali memperkenalkan diri itu?

Sumbangan. Ada cabang yang minta dikontrakkan rumah buat pengurus. Ada yang minta dibikinkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…