Sofyan Djalil, Tidak Ada Urusan dengan Golkar

Edisi: 23/36 / Tanggal : 2007-08-05 / Halaman : 56 / Rubrik : WAW / Penulis : Taufik, Ahmad , Rina, Dewi, Fahmi, Wahyudin


Sofyan Djalil, 54 tahun, biasa bergerak cepat. Ada cerita menarik. Ia mengaku baru bersentuhan dengan matematika saat usianya 31 tahun. Sepanjang belajar, kemudian mengajar agama di Aceh, tanah kelahirannya, ia tak pernah berhadapan dengan mata pelajaran itu. Tapi ia ngebut belajar matematika hingga lulus tes untuk S-2, bahkan meraih gelar philosophiae doctor dari Universitas Tufts, Amerika Serikat.

Kini ia menteri negara urusan BUMN dan ngebut melancarkan berbagai program perampingan. Tapi sekonyong-konyong kecurigaan muncul. Sejumlah figur Partai Golkar menjadi komisaris di beberapa BUMN. Kuningisasi? ”Saya tidak pernah ikut Golkar. Sampai hari ini juga tidak ikut,” katanya kepada wartawan Tempo Ahmad Taufik, Dewi Rina, Wahyudin Fahmi, Budiriza, dan fotografer Zulkarnain, Sabtu pertengahan Juli lalu.

Saat itu, di rumah dinasnya di Jalan Denpasar Raya, ia bercerita banyak. Dari program perampingan, pembentukan perusahaan induk beberapa BUMN, sampai rencana pembentukan kembali bank pembangunan. Berikut ini petikan wawancaranya.

Ada aroma kuningisasi, Golkarisasi, di Kementerian Negara BUMN sekarang. Muhammad Abduh jadi Komisaris PT Perkebunan Nusantara XIV, Susiati di Danareksa. Benar begitu?

Begini. Ibu Susiati itu dulu asisten wakil presiden, dan sebelumnya beliau juga Komisaris Pupuk Sriwijaya. Di Danareksa dia juga menjadi komisaris, juga direktur jenderal di Departemen Keuangan. Tapi itu tidak ada urusannya dengan Golkar, karena kebetulan dia itu birokrat. Dan semua di kantor wakil presiden.

Komisaris dalam birokrasi punya dua fungsi. Pertama, fungsi mengawasi dan membantu, dan yang kedua, fungsi tambahan income. Yang pejabat pegawai negeri diberi jabatan komisaris. Pak Abduh itu Komisaris Pertamina. Sekarang di PTPN XIV sedang ada masalah. Pak Abduh mengatakan bisa membereskan itu. Saya tanyakan bagaimana caranya. Dia bilang, ”Taruh saya di sana. Kalau kamu percaya, akan saya bereskan.” Gajinya di PTPN XIV cuma beberapa juta. Kalau mau jadi komisaris dalam artian mencari uang, bukan di situ tempatnya. Jadi nggak ada urusan itu dengan Golkar, dan saya cenderung netral.
Bukankah Anda sangat dekat dengan Jusuf Kalla?

Saya memang terlibat dalam tim sukses (Jusuf Kalla). Tapi ceritanya jauh ke belakang lagi. Pada 1998, Pak Tanri Abeng, yang saat itu menjabat Menteri Negara BUMN, sedang didemo. Beliau ngomong dengan Didik Rachbini…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…