Aidit Dan Serangan Di Pagi Buta

Edisi: 32/36 / Tanggal : 2007-10-07 / Halaman : 92 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : , ,


Jumat, dini hari, 30 September 1965. Rangkaian adegan itu masih bergerak perlahan di kepala mereka. Itulah terakhir kali mereka melihat ayahanda masing-masing: meninggalkan rumah, bersama pasukan berseragam Cakrabirawa.

Mereka, anak-anak Pahlawan Revolusi, masih remaja. Tapi, empat puluh dua tahun berselang, trauma belum juga pergi. Mereka merasa D.N. Aidit bertanggung jawab atas kejadian berdarah di malam mengerikan itu, tapi mereka sepakat tidak membalas dendam. Sebaliknya, mereka membentuk Forum Silaturahmi Anak Bangsa, guna mencari kebenaran di balik peristiwa itu. Berikut ini tanggapan anak-anak Pahlawan Revolusi tentang kejadian itu, juga tentang D.N. Aidit.

Amelia Achmad Yani

Amelia, putri ketiga Letnan Jenderal Achmad Yani, masih berusia 16 tahun. Ia menyaksikan sejumlah tentara Cakrabirawa bersenjata lengkap menghabisi nyawa ayahnya pada pagi buta di rumah mereka di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat.

Amelia, kini 58 tahun, semula tidak tahu persis siapa dalang pembunuhan ayahnya. Belakangan, dia tahu pelakunya adalah G-30-S/PKI pimpinan Dipa Nusantara Aidit. ”Aidit ingin merebut kekuasaan dan menganggap Yani dan jenderal lainnya sebagai penghalang,” kata Amelia, yang sekarang jadi pengusaha di Yogyakarta.

Perseteruan dengan Aidit, kata Amelia, bermula dari ketidaksetujuan Yani dengan keinginan PKI mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis. Hal ini telah disampaikan beberapa kali oleh Yani kepada Presiden Soekarno. Namun kedekatan Aidit dengan Soekarno menyebabkan PKI tidak bisa disingkirkan begitu saja.

”Mereka melihat Angkatan Darat sebagai penghalang mereka,” ujar Amelia. Sehingga diam-diam mereka melancarkan serangan propaganda untuk menghabisi TNI Angkatan Darat, terutama Yani dan jenderal-jenderal lain yang pernah bersekolah di Amerika.

Dalam pidato di depan taruna TNI Angkatan Laut pada 1964, Aidit menyebut jenderal lulusan Amerika sebagai jenderal Pentagon berkulit sawo matang yang berbahaya. Mereka…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…