Emil Salim: Ke Mekah, Bukan Ke Hollywood

Edisi: 41/36 / Tanggal : 2007-12-09 / Halaman : 142 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


Di dalam pesawat Airbus AA-330 yang ditumpangi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, suasana jadi hangat. Topik wicara itu relevan dengan kondisi perubahan cuaca di seantero Nusantara. Bencana alam—gempa bumi, tanah terban, banjir, dan kekeringan—terjadi di mana-mana. Kebetulan tema itu juga akan dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economic Cooperation 2007 yang mereka hadiri di Sydney, Australia.

Emil Salim, ”pendekar beralis perak” itu, memang veteran di bidang ekologi. Ia pernah menjadi menteri lingkungan hidup, dan sejak Juli lalu ditunjuk menjadi ketua tim Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim (United Nations Climate Change) di Nusa Dua, Bali, pekan ini. Pertemuan itu diharapkan melahirkan kesepakatan baru tentang cara menyelamatkan bumi dari bala destruksi.

Kesibukan menjelang konferensi membuat kakek satu cucu ini hampir tak pernah rehat. Pada usia 77, ia masih terbang maraton dari satu negara ke negara lain. Ia berpindah dari satu meja perundingan ke meja perundingan yang lain, memufakatkan cara penyelamatan bumi dari kehancuran.

Di tengah jadwal padat, tiga pekan lalu, ia masih menyempatkan diri bertandang ke kantor Tempo untuk menjelaskan peta kerusakan lingkungan. Dengan piawai ia menyulap bilik rapat majalah ini bak ruang kuliahnya di program pascasarjana Universitas Indonesia. ”Kuliah lingkungan” itu berlangsung 13 menit, selanjutnya ia menggelar diskusi yang sesekali diselingi gelak tawa.

Apa urgensi Konferensi Perubahan Iklim di Bali?

Protokol Kyoto akan berakhir pada 2012. Karena itu, perlu pembahasan garis baru. Diharapkan, hasil Conference of the Parties to the Convention (COP) itu memberikan arah untuk pertemuan berikutnya pada 2008 di Polandia, dan 2009 di Denmark. Pertemuan Denmark merupakan tahun sasaran merampungkan protokol baru pasca-2012. Jadi, pertemuan di Bali itu, ibaratnya, kita menentukan arah perjalanan: mau ke Mekah atau ke Hollywood.

Mengapa Bali yang dipilih sebagai tempat pembahasan?

Pembahasan garis baru itu perlu dilakukan di negara berkembang, karena merekalah yang paling menderita jika terjadi kerusakan. Indonesia merepresentasikan kepentingan negara kelompok 77. Ada lagi tiga aspek: Indonesia negara kepulauan yang terancam tenggelam, negara berhutan besar (forestry country), dan negara anggota OPEC.

Apa saja yang akan dibicarakan?

Akan ada lima pertemuan. Selain pertemuan peserta konvensi (COP), juga pertemuan peserta Protokol Kyoto, artinya minus Amerika dan Australia. Lalu pertemuan para pakar soal bagaimana mengurangi gas emisi.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…