Rampok Lagi, Rampok Lagi

Edisi: 48/12 / Tanggal : 1983-01-29 / Halaman : 69 / Rubrik : KRI / Penulis :


"Hukuman mati terhadap diri saya, saya kira efeknya positif, biar penjahat takut dan bertobat. Sebab risiko dari kejahatannya adalah hukuman mati. Biarlah saya jadi tumbal. Asal setelah saya, jangan ada lagi kejahatan yang bisa menyebabkan jatuhnya hukuman mati .... " (TEMP0, 12 Januari 1980).

ITU adalah wasiat terakhir Henky Tupanwael, terpidana mati pelaku berbagai perampokan, menjelang pelaksanaan hukumannya Januari 1980. Tapi wasiat itu tampaknya cepat terlupakan. Atau karena memang para penjahat enggan mengingat petuah "sesepuh" mereka itu. Peringatan keras dari pemerintah, berupa hukuman mati buat Oesin, Henky, dan Kusni Kasdut, untuk mengerem "perampokan di mana-mana" ketika itu, terasa kurang ampuh.

Buktinya akhir-akhir ini kejahatan mulai menggelisahkan. Bahkan terlihat sasaran mereka mulai tertuju ke pedesaan dan pinggiran-pinggiran kota. Lebih dari itu, dalam beroperasi, para perampok mulai berkongsi dengan belasan sampai 20 orang pelaku. Padahal sasaran mereka di pedesaan bukanlah kakap, malahan kebanyakan petani gurem atau pedagang kecil yang untuk hidup sehari-hari saja sudah cukup sulit.

Maka "berdasar ilmu hitung dagang sebenarnya mereka rugi," kata Letkol (Pol) Soetadjo, Komandan Satserse Kodak X Ja-Tim, sambil tertawa. Memang "rugi". Kawananperampokyang beroperasi dini hari 21 Desember lalu di Desa Meteseh, Semarang Selatan, misalnya, cuma bisa menggaet Rp 29 ribu, karena ada perlawanan penduduk. Uang sebegitu harus dibagi, tentu saja, di antara sekitar 20 orang (menurut penduduk bahkan sampai 50 orang) yang malam itu ikut menggarong. Tapi agaknya mereka sama-sama puas.

Rabu pekan lalu, komplotan rampok yang sama, begitu dugaan polisi, menggasak Desa Tembalang, masih di wilayah Kecamatan Semarang Selatan itu. Pentolannya, menurut Wakil Komandan Rayon Militer Semarang Selatan, Pelda Samsisi, seperti diberitakan Sinar Harapan, adalah seorang bekas militer. Dia yang dalam memimpin operasi memakai strategi militer, nampaknya tahu persis malam itu anggota polisi dan Brimob yang bertugas menyambang (mengawal) desa itu sudah ditarik, karena keadaan dinilai sudah aman.

Maka, dengan gagah komplotan garong itu menggebrak. Satu-satunya petugas ronda yang masih terjaga, Saino, sekitar pukul 01.0 mendengar jeritan dari arah rumah Muhtain, Modin (penghulu kampung) di desa itu. Saino, yang dikenal pintar main silat, segera memburu. Belum sampai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

G
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14

Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…

S
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14

Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…

K
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16

Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…