Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi: Siapa Orang Politik Yang Tak Kena Serang...

Edisi: 38/37 / Tanggal : 2008-11-16 / Halaman : 121 / Rubrik : WAW / Penulis : Toriq Hadad , ,


DATUK Seri Abdullah Ahmad Badawi, Perdana Menteri Malaysia, akhirnya menyatakan akan mundur dan menyerahkan jabatan perdana menteri dan Ketua Partai UMNO sekaligus Barisan Nasional kepada Deputi Perdana Menteri Najib Razak pada Maret 2009. Pemerintah ”Pak Lah”—begitu Badawi akrab disapa—menerima tekanan berat berbagai kelompok setelah pilihan raya (pemilihan umum) Maret lalu.

Perolehan kursi Barisan Nasional—koalisi sejumlah partai pendukung pemerintah—di Dewan Rakyat (DPR) turun dari 199 pada Pemilu 2004 menjadi hanya 140. Pemerintah didesak menurunkan harga minyak, walaupun sudah tiga kali melakukannya. Bekas perdana menteri Mahathir Mohamad secara terbuka berkali-kali menyatakan risau akan kepemimpinan Badawi. Bahkan Mukhriz Mahathir, putra Mahathir yang sekarang duduk sebagai anggota Dewan Rakyat, menulis surat meminta Badawi mundur.

Sejarah Malaysia memang ditandai pergantian ”di tengah jalan”. Perdana menteri pertama, Tunku Abdul Rahman Putra, memimpin Malaysia selama 13 tahun sejak merdeka pada 1957. Pada 1970 ia mundur dan digantikan Deputi Perdana Menteri Tun Abdul Razak. Ayahanda Deputi Perdana Menteri Malaysia sekarang, Datuk Najib Razak, itu wafat pada 1976 dan digantikan oleh Tun Hussein Onn, yang ketika itu deputi perdana menteri.

Perdana menteri ketiga Malaysia itu mengundurkan diri pada 1981 karena alasan kesehatan. Penggantinya juga deputi, yakni Tun Dr Mahathir Mohamad, yang berkuasa hingga 2003 dan merupakan Perdana Menteri Malaysia dengan masa jabatan terpanjang. Mahathir ”menyisakan” satu tahun masa jabatannya sebelum mundur dan menyerahkan ”tongkat estafet” kepada Deputi Perdana Menteri Abdullah Badawi.

Di awal masa kedua pemerintahannya, Pak Lah juga akan menyerahkan jabatan kepada deputinya, Najib Razak, di tengah kritik tajam berbagai pihak. Toh, Pak Lah tak kehilangan rasa humor. Ketika kopi yang disuguhkan kepada Tempo tak penuh secangkir, Abdullah Badawi berkata kepada perempuan penyuguh kopi kantor perdana menteri, ”Tambah lagi, kenapa sedikit sekali?” Dijawab, ”Takut melimpah kopinya.” Perdana Menteri menukas, ”Tambah gula saja, gula kita melimpah....”

Ditanya soal dampak krisis finansial dari Amerika, ia juga menjawab dengan melempar joke. ”Orang selalu bilang dampaknya luar biasa. Dulu (1997) disebut luar biasa, sekarang dikata luar biasa, lalu mana yang tak luar biasa?”

Selama 40 menit, Kamis dua pekan lalu, di Menara Parlimen di Jalan Parlimen, di jantung Kuala Lumpur, Pak Lah, yang disebut pers asing sebagai ”Mr Nice Guy”, menerima Toriq Hadad dari Tempo. Ramah, santai, dan bersahaja, kesukaannya pada ”kopi kampung” tak berubah. Dalam perjalanan pulang ke rumah, menurut sekretarisnya, ia masih suka mampir membeli rujak Bellamy di satu pojok dekat Menara Parlimen.

Malaysia pekan ini menunda pembelian helikopter senilai 1,6 miliar ringgit (sekitar Rp 5,1…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…