Haidar Bagir: Koruptor Itu Kafir
Edisi: 44/38 / Tanggal : 2009-12-27 / Halaman : 197 / Rubrik : WAW / Penulis : Sita Planasari Aquadini , ,
Ia menyaksikan sendiri terbentuknya kelas menengah muslim pada 1970-an. Anak-anak keluarga muslim yang telah menjadi pengusaha dan profesional sukses ini merupakan konsumen penerbitan buku Islam, bisnis yang baru digelutinya.
Agama memainkan peran sosial yang sentral, dan Mizan, peÂnerbit yang lantas didirikannya bersama kawan-kawannya saat itu, menawarkan aneka pemikiran yang berkembang: dari tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin hingga para pemikir Iran yang ikut mengilhami Revolusi Islam 1979.
Ada kombinasi seorang entrepreneur dan ilmuwan pada soÂsok yang satu ini. Haidar Bagir, 52 tahun, memang memiliki ketaÂjaman seorang akademisi manakala memandang aneka fenomena sosial mutakhir. Melihat maraknya korupsi di tengah suasana religius yang bungah, ia mendeteksi kesalahan mendasar dalam pendidikan agama di negeri ini.
Penekanan pada akhlak-moral inilah yang kemudian membuÂat ia yakin bahwa kebaikan itu universal, ada di mana-mana. Dan, âKalaupun kami percaya pluralisme, kami tidak percaya semua keyakinan agama sama. Tapi kami percaya semua orang baik dari agama mana pun diselamatkan bersama orang-orang muslim,â katanya.
Haidar Bagir meraih gelar Âdoktor filsafat Islam pada 2005 dari JurusÂan Filsafat Universitas Indonesia dengan disertasinya tentang perbandingÂan pemikiran Mulla Sadra dan Heidegger. Ia menamatkan sarjananya di Jurusan Teknik Industri ITB, dan meraih gelar master dari Pusat Studi Timur Tengah, Harvard University, pada 1992.
Dua pekan lalu The Royal ÂIslamic Strategic Studies Centre (RISSC) menerbitkan buku berjudul The 500 Most Influential Muslims in The World: First Edition (2009). Ke-500 muslim terpilih dalam buku yang diterbitkan lembaga Prince Al-Waleed bin Talal Center for Christian-Muslim Understanding itu kemudian dibagi menjadi 13 kategori. Haidar Bagir, yang saat ini menjadi Presiden DirekÂtur Kelompok Mizan, masuk kategori di bidang media. Berikut petikan wawancara Sita Planasari Aquadini dari Tempo dengan ayah empat anak ini.
Beberapa tahun belakangan, negeri dengan mayoritas penduduk muslim ini masuk kategori paling korup di dunia. Mengapa bisa ironis begini?
Saya pernah menulis artikel di Kompas, yang mendapat respons luar biasa. Di situ saya mengatakan, pendidikan agama Indonesia gagal. Acara di Masjid Istiqlal didatangi ribuan orang. Acara agama di televisi bertebaran. Jumlah muslimin yang menunaikan ibadah haji setiap tahun semakin besar. Tapi kita masih termasuk negara paling korup di dunia.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…