Bangkitnya Abdullah Harahap dari ’Kubur’

Edisi: 30/39 / Tanggal : 2010-09-26 / Halaman : 66 / Rubrik : SAS / Penulis : Kurniawan, ,


KEDAI buku beratap seng itu terletak di bagian dalam pasar buku Pasar Senen, Jakarta. Tanpa papan nama, seperti kebanyakan kedai buku di sana.

Sebuah meja besar memenuhi kedai itu. Di atasnya bertumpuk buku teka-teki silang yang biasa dijajakan pengasong di terminal. Beberapa novel remaja murahan tertata di salah satu rak. Di dinding lain ada beberapa komik tipis Petruk-Gareng dan novel horor Mira Karmila yang sudah berdebu.

Kedai buku itu dulu sangat terkenal di Senen. Inilah Gultom Agency, penerbit yang pada 1990-an mencetak dan mengedarkan novel-novel horor karya Abdullah Harahap. ”Itu buku lama, Bang. Sudah tak ada lagi di sini,” kata seorang lelaki penjaga kedai itu pada Senin dua pekan lalu.

Novel horor Abdullah kini menjadi barang antik yang langka. Tak mudah menemukannya di lapak-lapak pedagang buku. Kalau beruntung, Anda masih bisa mendapatkannya terkubur di antara buku-buku loakan. Beberapa penjaga lapak memperlakukannya sebagai buku kuno yang harganya bisa empat kali lipat harga buku saku biasa. Bahkan ada yang mengira pengarangnya sudah lama meninggal karena tak ada lagi buku barunya yang terbit.

Tapi, ”Akhir-akhir ini Abdullah kembali hip, sebagai salah satu merek kitsch cool yang digemari kaum menengah, terutama di Jakarta,” kata Mikael Johani, mantan editor Metafor Publishing dan Jurnal Perempuan, yang menjadi pembicara dalam ”Bincang Tokoh Abdullah Harahap” yang digelar Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu tiga pekan lalu. Banyak anak muda Jakarta, kata Mikael, kini kembali memburu novel Abdullah bersama roman-roman Fredy S. dan Maria Fransiska layaknya harta karun dan mengunggahnya di Twitpic.

l l l

Abdullah Harahap lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 17 Juli 1943. Dia lalu merantau ke Jawa dan kuliah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung, Jurusan Civic Hukum, tapi tak tamat. Saat kuliah, dia nyambi sebagai wartawan di harian Gala, Bandung.

Penggemar roman Motinggo Busye itu sudah mengarang fiksi sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Ketika kuliah, dia mengarang cerita pendek, yang beberapa kali diterbitkan di harian Indonesia Jaya dengan redaktur Ali Shahab—pengarang roman yang belakangan lebih dikenal sebagai sutradara drama serial televisi Rumah Masa Depan.

Karier jurnalistiknya dimulai sebagai reporter di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kebebasan Kreatif Tak Datang dari Langit
1994-04-09

Tiga anggota pen amerika bertamu ke indonesia selama sekitar sepuluh hari, mencoba mendapatkan masukan tentang…

P
Pencemooh Sepanjang Jalan
2003-03-30

A.a. navis tidak hanya melahirkan karya, tapi juga penulis sastra.

A
Ayu Utami: Madonna dalam Sastra Indonesia
2002-01-06

Ayu utami melesat membelah langit sastra indonesia bak sebuah meteor. ketika novel saman diumumkan sebagai…