Pencemooh Sepanjang Jalan

Edisi: 04/32 / Tanggal : 2003-03-30 / Halaman : 115 / Rubrik : SAS / Penulis : Budiman, Irfan, ,


PERISTIWA yang terjadi 25 tahun lalu itu tak mudah dilupakan Harris Effendi Thahar. Kala itu, bersama Wisran Hadi dan Darman Moenir, Harris yang masih terbilang yunior dalam percaturan sastra mendapat undangan untuk menghadiri acara pemberian penghargaan sastra dari Dewan Kesenian Jakarta. Sayang, cuma dua rekannya itu yang beroleh gelar. Dia sendiri nihil penghargaan.

Harris tak menduga persoalan gelar ini menjadi masalah yang serius. Saat mereka makan bersama Ali Akbar Navis, dedengkot sastra Minang, di sebuah rumah makan di Taman Ismail Marzuki, tiba-tiba Navis berucap sesuatu yang menyentak. "Saat ini yang berhak duduk bersama saya hanyalah Wisran dan Darman," ujar Navis dengan nada datar.

Sontak harga diri Harris terkoyak. Kata-kata Navis itu seolah membenamkannya dalam kubangan ketiadaan. Ia marah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kebebasan Kreatif Tak Datang dari Langit
1994-04-09

Tiga anggota pen amerika bertamu ke indonesia selama sekitar sepuluh hari, mencoba mendapatkan masukan tentang…

P
Pencemooh Sepanjang Jalan
2003-03-30

A.a. navis tidak hanya melahirkan karya, tapi juga penulis sastra.

A
Ayu Utami: Madonna dalam Sastra Indonesia
2002-01-06

Ayu utami melesat membelah langit sastra indonesia bak sebuah meteor. ketika novel saman diumumkan sebagai…