Sebuah Mimbar Untuk Putu Wijaya

Edisi: 33/39 / Tanggal : 2010-10-17 / Halaman : 39 / Rubrik : TER / Penulis : Kurniawan, Ahmad Rafiq , Anwar Siswadi


MATA kecilnya terpejam di balik kacamata silindris empat. Bocah perempuan berambut ikal itu sedang berkonsentrasi penuh. Sesaat kemudian, kata-kata meluncur lancar dari bibir mungilnya. "Bangun! Bangun, anakku! Sudah waktunya kau menatap dunia. Lihatlah dan arungi kehidupan. Menjalani takdirmu sebagai ayam. Keluarlah!" teriaknya.

Walau cadel, Sigrid Minerva Boni Avibus, 8 tahun, tetap mantap membawakan monolog Tok Tok Tok, naskah yang diciptakan Putu Wijaya khusus untuknya.

Tok Tok Tok berkisah tentang bayi ayam yang takut keluar dari cangkang telurnya karena menyangka dunia begitu ganas dan berbahaya. Tapi akhirnya telur itu menetas dan sang anak ayam pun melihat dunia, yang ternyata tak seburuk sangkaannya.

Gaya Boni tak kaku dan tak membosankan. Ia sesekali berputar, berlari kecil, menari, dan bernyanyi di panggung. Mimiknya pun berubah-ubah, sesuai dengan perannya sebagai anak ayam atau induknya.

Boni mementaskan monolog itu dalam Mimbar Teater Indonesia di Surakarta pada Sabtu dan Ahad pekan lalu. Tahun ini, pertemuan tahunan para dramawan Nusantara itu mengangkat tema "Menyoal Naskah-naskah Putu Wijaya". Pertemuan berlangsung di Taman Budaya Jawa Tengah, selama sepekan, dan diikuti sekitar 35 dramawan dan kelompok drama. Kelompok teater yang ikut…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…