Cak Kartolo, Cak Mahfud, Dan Para Waria

Edisi: 19/40 / Tanggal : 2011-07-17 / Halaman : 69 / Rubrik : TER / Penulis : Suryani Ika Sari , ,


Umur Cak Kartolo kini 64 tahun. Tapi lihat betapa dia awet enomalias awet muda. Wajahnya dari dulu ya begitu. Tak tambah kurus, tak kelihatan lebih gemuk. Brengos (kumis)-nya masih tebal. Sahabatnya, jawara ludruk Surabaya, sudah banyak yang almarhum: Cak Kancil, Cak Basman, Cak Sokran, Cak Blonthang. Tinggal dirinya yang masih tersisa dari generasi golden age ludruk, 1980-an. Tapi jula-juli-nya, diancuk, masih segar.

"… Aku kepengen dadi pegawai negeri sebab bayarane iku yo wis mesti, aku bakal nglakoni jujur nggak sampai korupsi. Kadang-kadang gur ono sing lali…."

Kartolo jarang-jarang ke Jakarta. Namun, sekalinya datang, ia membuat perut kita mulas karena terlalu banyak tertawa. Lihatlah bagaimana Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jumat dua pekan lalu, seolah dilanda gempa karena orang ngakak terus-menerus. Itulah pentas Kartolo Mbalelo. "Enggak ngerti bahasa Jawa aja udah lucu, apalagi ngerti," komentar seorang penonton.

Kartolo dikenal mengandalkan spontanitas di panggung. Ia tak mau mengulang kalimat-kalimat lawakannya yang sudah sering ia keluarkan. Ia selalu berusaha mencari parikan-parikan yang baru. Ia menggunakan bahasa Jawa Suroboyoan-Malang yang kasar: nggatheli, mbadog, congor, diancuk…. Ia berbicara tentang hal-hal sederhana, yang berangkat dari pengalaman rakyat sehari-haripengalaman yang bisa dicerna, dari tukang becak, sopir angkot, sampai gembel-gembel.

"Aku wedi nek manggung nggarap partai politik, wedi kalah lucu." Itu pernyataan jujur Kartolo. Memang jarang pentasnya berpretensi menyindir atau mengkritik kekuasaan. Butet Kartare­djasa dan Sujiwo Tejo berhasil menggaet Kartolo masuk konteks itu. Pentas Kartolo malam itu penuh dengan guyonan, mulai bocornya tabung gas, kemacetan Ibu Kota Jakarta, tata tertib lalu lintas, sogokan terhadap aparat kepolisian, hingga tingkah polah para wakil rakyat. "Ora usah kakean cangkem. Opo-opo kok fatwa, tuku bensin fatwa, ngrokok fatwa, diancuk! Sing penting ki atine seneng,"…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…