Kontradiksi Keindahan Fotografer Buddhis

Edisi: 20/40 / Tanggal : 2011-07-24 / Halaman : 43 / Rubrik : FT / Penulis : Jean Couteau, ,

Sudah lama saya tidak berharap memperoleh kejutan bila menghadiri pameran foto. Selama ini karya-karya yang dipajang mudah ditebak pencapaiannya, dan kerap tak mengesankan saya. Paling hanya sepotong pemandangan yang seakan asri, meski realitas sebenarnya jauh dari kenyataan. Ya, itu foto "eksotik" demi tujuan pariwisata.

Bila sang fotografer tersebut berjiwa kerakyatan, saya dapat meresapi "penderitaan" yang terlihat elok: sang penarik gerobak yang tua renta dan keriput atau sosok-sosok perempuan cantik di keremangan gang. Ya, itu foto yang merefleksikan kesadaran dan kepedulian sosial. Namun boleh jadi saya dapat berharap lain bila sang fotografer menampilkan foto-foto kontemporer. Tapi belum tentu berhasil. Sebab, biasanya yang mengemuka ialah hasil montase yang menjungkirbalikkan ikon-ikon kekinian tertentu, yang diharapkan menimbulkan pertanyaan alias mengandung "makna" konseptual. Ya, itu bisa menarik, tapi umumnya menjenuhkan.

Sebab, yang senantiasa mengemuka adalah kebanalan, entah berwujud terbuka, transparan, atau diselubungi kecanggihan semu. Orisinalitas atau keindahan murni boleh dikatakan hal yang langka, seakan-akan, di Indonesia sekalipun, tidak tersedia lagi ruang pertemuan yang natural bagi mata dan alam yang sesungguhnya. Seolah, dalam karya foto, hanya salah satu yang hadir; yang lainnya undur ketika harus tampil.

Menimbang hal di atas, lalu bagaimana dengan saya, sang penyuka keindahan demi keindahan, yang tidak peduli tentang politically correct? Bagaimana posisi saya yang menyukai foto-foto Nuba Sudan dari…

Keywords: -

---

Foto Terkait