Sukarno Muridku, Menantuku

Edisi: 24/40 / Tanggal : 2011-08-21 / Halaman : 62 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


Vakansi Sukarno berubah jadi malapetaka. Siswa Hogere Burger School Surabaya ini sedang pulang ke rumah ayahnya di Blitar pada 1 Mei 1919, ketika Gunung Kelud meletus. Hari itu ia sedang nglencer ke seorang teman sekelas di Desa Wlingi.

Sukarno terhindar dari amuk hawa panas yang menghanguskan desa itu dan sebagian besar penduduknya. Sebanyak 5.515 orang dari 108 dusun meninggal akibat letusan gunung api teraktif di Jawa Timur itu. Ia selamat dengan berlindung di rumah seorang penduduk.

Pemuda 18 tahun ini harus berjalan kaki 20 kilometer untuk pulang ke Jalan Sultan Agung 53, Blitar. Di rumah dinas kepala sekolah rakyat itu, ayah dan ibunya menyambut dengan peluk cium. "Kau selamat, kau selamat," teriak Ida Ayu Nyoman Rai.

Pemuda Sukarno tak sadar, dari beranda rumahnya seseorang juga merasa lega memperhatikan kedatangannya. Dialah Oemar Said Tjokroaminoto, bapak kosnya di Surabaya. Bajunya kotor, destarnya penuh cipratan lumpur. Sukarno memburu dan merangkulnya.

Menurut Raden Sukemi, ayah Sukarno, Tjokro harus menyetir mobil sehari penuh untuk mencapai Blitar guna memastikan keselamatan Sukarno. Itu pun masih harus mencari alamat di sela ancaman lahar. "Itulah cara Pak Tjokro menunjukkan cintanya kepadaku," kata Sukarno kepada Cindy Adams, yang kemudian menuliskan kisah hidupnya dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat.

Sukarno—waktu itu masih bernama Kusno Sosrodihardjo—menjadi anak kos istimewa di rumah Tjokro di Gang Peneleh VII, Surabaya. Ada sepuluh anak kos lain di rumah itu, antara lain Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, pemimpin Darul Islam di masa tua.

Sukarno mendapat perhatian lebih dari keluarga Tjokro karena ia anak sahabat dekat keluarga itu. Secara khusus Raden Sukemi menitipkan hidup dan pendidikan anak keduanya itu kepada Tjokro.

Kepada Sukarno, Sukemi berpesan agar berguru kepadanya. Sebab, "Tjokro adalah pemimpin politik orang Jawa. Dialah Raja yang tak dinobatkan." Pada 1916, ketika Sukarno mulai belajar di HBS—setingkat SMA sekarang—Tjokro, yang saat itu berusia 33 tahun, sudah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…