Direktur Utama Pt Kai, Ignasius Jonan: Kereta Api Adalah Etalase Indonesia

Edisi: 14/41 / Tanggal : 2012-06-10 / Halaman : 130 / Rubrik : WAW / Penulis : Andari Karina Anom, Hermien Y. Kleden,


Peristiwa itu terjadi pada pertengahan Mei lalu, ketika Ignasius Jonan pergi ke Jawa Timur untuk nyekar ke makam orang tuanya. Presiden dan Chief Executive Officer PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini tengah melewati Susuhan—satu desa kecil di wilayah Gampengrejo, Kediri—tatkala matanya terpaut pada tulisan di depan satu bangunan: Stasiun Susuhan.

Spontan, bos Kereta Api Indonesia itu menepikan mobil. Kepala stasiun dan para anggota staf sedang melakukan salat Jumat, Jonan sendirian menginspeksi tempat itu. "Bersih dan terawat, " ujarnya dengan kagum. Jonan punya kebiasaan menyambangi stasiun secara incognito ataupun pada saat piket. Dia berbicara dengan anak buahnya—termasuk yang di wilayah terpencil Indonesia—dan berteman dengan masinis. "Saya kenal 2.000-an masinis, atau setidaknya 2.000 masinis mengenal saya," ujarnya sembari tertawa.

Memimpin PT KAI sejak 2009, Jonan berdisiplin menerapkan sistem piket, yang sebelumnya tidak ada. Dia mewajibkan dirinya serta para direktur untuk bergabung. Alhasil, sebulan sekali Jonan bisa "mangkal" semalaman di stasiun kecil di luar Bandung. Pada April lalu, dia piket di Tanjung Karang, Lampung. Pada Mei silam, dia hadir di Madiun, Jawa Timur. Tatkala ada anak buahnya memprotes karena harus piket pada akhir pekan, Jonan menyahut dengan rileks: "Akhir pekan adalah masa tersibuk di bisnis transportasi. Andai (piket) terasa sulit, mungkin pekerjaan ini kurang cocok untuk Anda."

Urusan piket hanya secuil gebrakan Jonan sebagai juragan kereta api. Arek Suroboyo ini mengubah orientasi organisasi dari product oriented ke costumer focused. "Kami berusaha membuat pelanggan lebih bahagia," katanya. Upayanya memajukan kereta api juga menuai berbagai kritik: "Mengapa KAI jadi komersial?" sejumlah orang memprotes dia.

Menurut Jonan, yang dia lakukan sejatinya hanya menghidupkan kembali prinsip dasar bisnis: pelayanan bagus, pelanggan senang, mereka datang lagi—kereta api untung. Hasilnya? Total pendapatan PT KAI selama tiga tahun, sejak 2000 sampai 2002, Rp 5,73 triliun untuk tiga tahun. Pada 2011, angka Rp 6,3 triliun dicapai dalam setahun. "Numbers don't lie," ujarnya.

Kereta Api Indonesia, bukan rahasia lagi, memanggul banyak beban sejak dulu. Dari terbatasnya subsidi hingga ekspektasi masyarakat akan pelayanan prima (dengan harga murah). Juga waris­an problem masa lalu: korupsi, pengadaan barang tanpa transparansi, dan lain-lain. Jonan bilang: "Jabatan ini saya terima dalam ‘paket utuh'. Jadi saya akan meneruskan yang baik dan membereskan yang buruk."

Senin pekan lalu, di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, muncul pria langsing berbatik lengan pendek seraya mencangkung tas punggung Timberland. "Saya Jonan, ayo ngobrol," katanya. Dua jam lebih…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…