Tur Propaganda Di Tanah Jawa

Edisi: 25/41 / Tanggal : 2012-08-26 / Halaman : 38 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : Tim Lapsus, ,


PAGI buta, 15 September 1912. Ernest Franois Eugne Douwes Dekker tiba di Stasiun Bandung. Dite­mani J.D. Brunsveld van Hulten dan J. van der Poel, dia hendak memulai lawatan politik ke beberapa daerah di Jawa. Kota pertama yang akan disinggahi adalah Yogyakarta. Tujuan tur ini untuk menyiarkan Indische Partij, partai politik yang baru ia dirikan sepekan sebelumnya.

Di tempat kereta langsir, sekumpulan orang menanti, menyambut tiga tokoh itu dengan bergairah. Sebelum meninggalkan Kota Parijs van Java, DD—sebutan lain Douwes Dekker—sempat berorasi. Dari sebuah gerbong, dia berseru dengan lantang. "Saudara, kita umumnya dianggap malas, makhluk apatis yang menderita banyak kebiasaan buruk. Tapi saya melihat Anda semua telah bangun sepagi ini menentang tuduhan para dokter Belanda yang begitu parah bahwa kita Indier rendahan."

Paul W. van der Veur dalam buku The Lion and the Gadfly menggambarkan "khotbah" Douwes Dekker itu sebagai pidato yang menggugah. Orasi selesai begitu peluit berbunyi, dan kereta meluncur ke Yogyakarta. Saat senja, rangkaian kereta memasuki­ Kota Gudeg. Di sana, para tokoh Indische Partij disambut hangat anggota Insulinde, Boedi Oetomo, dan Sarekat Islam.

Malam itu juga digelar pertemuan politik. Selain Douwes Dekker, pemimpin Insulinde Semarang, G.L. Toope, turut menyampaikan pidato. Topik yang mereka bicarakan mengenai kesetaraan ras. Mereka menyoroti diskriminasi pemerintah Hindia-Belanda terhadap warga negara. Sebagai peranakan, para anggota Insulinde selalu diposisikan di kelas dua. Lebih-lebih para pribumi. "Comrades! Nay, Indier," Douwes Dekker mengucapkan salam khas pada setiap sambutannya. Diskusi diakhiri dengan tanda tangan sekitar 60 peserta yang berniat menjadi anggota Indische Partij.

Dengan semangat bergelora, lelaki berkumis lebat yang kerap memakai topi bundar itu melanjutkan perjalanan ke Surabaya esok harinya. Seperti di Yogyakarta, dia disambut dan dielu-elukan. Melalui diskusi, dia menggalang dukungan. Sekitar 70 orang bergabung dengan Indische Partij. Salah satunya Tjipto Mangoenkoesoemo. Dokter lulusan School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) ini sengaja datang jauh-jauh dari Malang menemui kawan lamanya itu. Tjipto tak menampik ketika ditawari Douwes Dekker duduk di Indische Partij.

Selain mempunyai kesamaan visi dengan Indische Partij, Tjipto kecewa berat terhadap Boedi Oetomo. Kepada organisasi yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…